GAZA, KOMPAS.com - Sekitar 60 mayat ditemukan di bawah reruntuhan di wilayah Shujaiya, Kota Gaza, setelah Militer Israel mengumumkan penghentian operasi di sana.
Peningkatan pertempuran, pengeboman, dan pengungsian telah terjadi di Shujaiya belakangan ini.
Pembicaraan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera padahal tengah dilangsungkan dengan difasilitasi oleh Qatar.
Baca juga: Biden: Saatnya Mengakhiri Perang Gaza
Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan, sekitar 60 mayat telah ditemukan di bawah reruntuhan di Shujaiya, setelah beberapa pertempuran terberat pecah di Kota Gaza dalam beberapa bulan terakhir.
Hamas mengatakan, operasi Israel di sana telah menyebabkan lebih dari 300 unit tempat tinggal dan lebih dari 100 tempat usaha hancur.
Seorang warga Shujaiya, Mohammed Nairi, mengatakan ia dan warga lainnya yang kembali ke lingkungan itu telah melihat kehancuran besar yang tidak bisa digambarkan.
"Semua rumah dihancurkan," jelasnya.
Sebelumnya, Militer Israel pada Rabu (10/7/2024) mengatakan telah menyelesaikan misinya di Shujaiya setelah dua minggu, namun pengeboman dan pertempuran terus mengguncang Kota Gaza.
Para saksi mata mengatakan, tank-tank dan pasukan telah bergerak ke bagian lain kota itu.
Koresponden AFP melaporkan terjadinya serangan udara di lingkungan Sabra, sementara pasukan Hamas terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan Israel di Tel al-Hawa.
Hamas melaporkan sebanyak 45 serangan udara di wilayah Kota Gaza, serta di kota Rafah di bagian selatan Gaza, di mana Netanyahu mengatakan fase perang yang intens sudah mendekati akhir.
Baca juga: Evakuasi Paksa 300.000 Warga Gaza, Banyak yang Ditembak Mati Israel
Kantor Netanyahu mengonfirmasi tim negosiasinya, yang dipimpin oleh kepala intelijen Mossad, David Barnea, telah kembali ke Israel setelah melakukan pembicaraan dengan para mediator di Doha pada Kamis.
Berbicara setelah kembalinya tim tersebut, Netanyahu mengatakan, Israel membutuhkan kontrol atas sisi Palestina di perbatasan Gaza dengan Mesir untuk menghentikan senjata yang mencapai Hamas.
Ia menambahkan, Israel juga harus diizinkan untuk terus berperang hingga tujuan perangnya untuk menghancurkan Hamas dan membawa pulang semua sandera tercapai.
Di Washington DC, Presiden AS Joe Biden mengakui bahwa "isu-isu yang sulit dan rumit" masih ada antara Israel dan Hamas, namun ada kemajuan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata.