Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kenapa Indonesia Gabung BRICS dan Manfaatnya

Kompas.com - 08/01/2025, 20:32 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Fathiyah Wardah/VOA Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri menyambut baik pengumuman Brasil mengenai bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh di BRICS. Apakah keanggotaan ini akan meningkatkan posisi tawar atau justru mempersulit untuk masuk OECD?

Brasil sebagai ketua BRICS tahun ini, Senin (6/1/2025) mengumumkan keberadaan Indonesia sebagai anggota kesepuluh, atau yang terbaru dalam organisasi ekonomi multinasional itu, setelah Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.

Meskipun BRICS merupakan blok negara-negara non-Barat yang sifatnya lentur, ekspansi kelompok ini sejak tahun lalu telah ikut membawa implikasi geopolitik.

Baca juga: Ini Respons China Usai Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS

Sepuluh negara anggota BRICS saat ini mencakup lebih seperempat ekonomi global dan hampir separuh populasi dunia.

Walhasil pandangan-pandangan yang disampaikan BRICS akan ikut didengar karena memberi alternatif perspektif baru, selain yang selama ini didominasi Barat.

Kemlu RI: Ini cerminan peningkatan peran aktif Indonesia dalam isu global

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rolliansyah Soemirat, Selasa (7/1/2025), menyatakan keberhasilan Indonesia menjadi anggota BRICS ini “mencerminkan peningkatan peran aktif Indonesia dalam isu-isu global, serta komitmen memperkuat kerja sama multilateral demi mewujudkan tatanan global yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Keanggotaan Indonesia di BRICS dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama dengan negara berkembang lainnya berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan pembangunan berkelanjutan.

“Sebagai negara dengan perekonomian yang terus tumbuh dan beragam, Indonesia berkomitmen berkontribusi secara aktif dalam agenda BRICS, termasuk mendorong ketahanan ekonomi, kerja sama teknologi, pembangunan berkelanjutan, dan mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat,” ujar Roy.

Ditambahkannya, BRICS merupakan wadah penting bagi Indonesia untuk menguatkan kerja sama Selatan-Selatan dan memastikan suara dan aspirasi negara-negara Global South terdengar dan terwakili dalam proses pengambilan keputusan secara global.

Global South adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan negara-negara yang ekonominya belum sepenuhnya berkembang, pendapatan per kapita rendah, angka pengangguran dan kemiskinan masih tinggi, serta memiliki keterbatasan akses pada sumber daya.

Pengamat ingatkan potensi tekanan dari Barat

Pengamat hubungan internasional di Badan Riset dan Invasi Nasional (BRIN) Siswanto menilai, bergabungnya Indonesia ke BRICS memiliki sisi positif dan negatif.

Di satu sisi keanggotaan baru Indonesia ini mencerminkan kebijakan luar negeri bebas aktif yang digalakkan di era pemerintahan Prabowo, di sisi lain hal ini berpotensi menjauhkan Indonesia dengan negara-negara Barat, terutama Amerika.

“Akan menjauhkan hubungan Amerika dengan Indonesia kalau bergabung dengan BRICS dan akan membawa konsekuensi, antara lain di bidang perdagangan-karena kebanyakan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat kan ekonomi-bisa jadi ada konsekuensi perdagangan, misalnya sanksi 60 persen untuk tax (pajak) masuk pasar Amerika,” ujar Siswanto.

Kebijakan luar negeri Amerika, tambah Siswanto, senantiasa memandang Indonesia sebagai negara yang tidak berada dalam “pengaruh negara musuh”. Keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS dinilainya sebagai langkah terburu-buru.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau