PARIS, KOMPAS.com - Penahanan sejumlah aktivis oleh pasukan Israel di atas kapal bantuan kemanusiaan Madleen yang sedang berlayar menuju Gaza, memicu gelombang protes meluas di berbagai lokasi di Perancis, Senin (9/6/2025).
Berbagai kelompok politik, aktivis hak asasi manusia, dan organisasi kemanusiaan mendesak pembebasan segera para individu yang ditahan, serta menuntut diakhirinya blokade berkepanjangan Israel terhadap Gaza.
Di Paris, ribuan massa memadati Place de la Republique, menyuarakan tuntutan mereka. Aksi serupa juga dilaporkan terjadi di sejumlah kota besar lainnya, termasuk Aix-en-Provence dan Lyon.
Baca juga: Bawa Bantuan ke Gaza, Kapal Kemanusiaan Berisi Greta Thunberg Ditangkap Israel
Para pengunjuk rasa menyerukan pembebasan orang-orang yang ditahan, dan menuntut langkah diplomatik lebih kuat serta efektif dari Pemerintah Perancis untuk melindungi warga negaranya, serta menegakkan hukum maritim internasional.
Dikutip dari Anadolu, respons Pemerintah Perancis atas insiden ini menjadi sorotan tajam dari partai-partai oposisi dan organisasi kemanusiaan.
Mereka mengkritik tanggapan Perancis tidak jelas, terutama dari Kementerian Luar Negeri.
Meskipun kementerian tersebut menyatakan telah mengikuti situasi dengan saksama dan terus berkomunikasi dengan otoritas Israel, hal itu dianggap belum cukup.
Pemimpin partai oposisi La France Insoumise, Jean-Luc Melenchon, tampil memberikan dukungan penuh kepada para aktivis.
Melenchon tidak segan mengecam keras kampanye militer Israel yang masih berlangsung di Gaza.
Baca juga: Bukan Menculik, Israel Klaim Selamatkan Kapal Rombongan Greta Thunberg, Beri Roti dan Minum
“Sejak kejahatan perang ini, yang harus disebut sebagai upaya genosida, dunia terus mengeluarkan pernyataan sementara pihak-pihak yang berkuasa, yang biasanya menggurui kita tentang nilai-nilai moral, tetapi bungkam dalam menghadapi pembantaian ini yang kini telah berlangsung selama 18 bulan,” ujar Melenchon dengan nada geram.
Melenchon lebih lanjut mendesak Pemerintah Perancis untuk mengambil tindakan lebih konkret.
“Perancis, yang dibatasi oleh ketidakmampuannya untuk berbicara dengan tegas dan terbuka, kini harus melakukan satu-satunya hal yang dapat dilakukannya, yaitu mengakui Negara Palestina,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi tinggi atas keberanian dan tekad para aktivis yang ditahan.
“Kami memberi hormat kepada para aktivis, yang tanpa ragu-ragu, menaiki perahu kecil, hanya berbekal keyakinan dan keberanian mereka,” imbuh Mélenchon.
Baca juga: Israel Seret Kapal Rombongan Greta Thunberg ke Pelabuhan, Akan Deportasi Semua Penumpang
Kapal Madleen, yang merupakan bagian dari Freedom Flotilla Coalition, ditangkap oleh Angkatan Laut Israel pada Minggu (8/6/2025) saat berlayar di perairan internasional.
Kapal bantuan tersebut kemudian dialihkan paksa menuju pelabuhan Ashdod, Israel.
Kapal Madleen diketahui membawa 12 awak, termasuk sejumlah tokoh dan aktivis terkemuka. Di antara mereka adalah aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg, dan Anggota Parlemen Eropa berdarah Perancis-Palestina, Rima Hassan.
Aktivis lain yang berada di atas kapal Madleen adalah Yasemin Acar dari Jerman; Baptiste Andre, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, serta Reva Viard dari Perancis; Thiago Avila dari Brasil; Suayb Ordu dari Turkiye; Sergio Toribio dari Spanyol; Marco van Rennes dari Belanda; serta Omar Faiad, jurnalis Al Jazeera Mubasher, juga dari Perancis.
Baca juga: Israel Habiskan Rp 1,3 Triliun Sehari untuk Ongkosi Genosida di Gaza
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini