Penulis: BBC News Indonesia
TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pada Senin (23/6/2025) malam bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata yang menurutnya bisa berujung pada perdamaian abadi.
Pengumuman itu mengemuka setelah 12 hari serangan udara Israel ke Iran, serangan drone dan rudal balasan Iran ke Israel, dan pengeboman ke beberapa fasilitas nuklir Iran oleh AS.
Iran mengaku siap menghentikan serangan jika Israel juga menghentikan serangannya. Adapun pemerintah Israel menyetujui tawaran tersebut setelah mencapai tujuan dari serangkaian serangannya terhadap Iran.
Gencatan senjata tersebut sudah terancam gagal karena Trump menyatakan bahwa Israel dan Iran masih saling serang.
Padahal, jika betul-betul bisa dipertahankan, gencatan senjata diharapkan bisa berujung pada perdamaian.
Tapi sebagaimana terjadi dalam konflik-konflik lainnya, gencatan senjata membutuhkan keterampilan diplomasi tingkat tinggi.
Baca juga: Gencatan Senjata dengan Israel, Iran Segera Gelar Upacara Pemakaman Komandan dan Ilmuwan Nuklir
Menurut PBB, tidak ada satu pun definisi "gencatan senjata" yang bisa diterima secara universal—walaupun kata tersebut berasal dari istilah militer yaitu "hentikan tembakan (ceasefire)" yang maknanya adalah lawan dari perintah untuk "tembak (open fire)".
Istilah ini bergantung dari apa yang disepakati pihak-pihak yang bertikai.
Istilah ini juga dapat diganti dengan istilah truce alias jeda atau penghentian sementara serangan dan armistice atau perjanjian penghentian perang atau serangan.
Meski begitu, PBB berkata kerap ada perbedaan antara ceasefire dan cessation of hostilities atau penghentian permusuhan.
PBB mengatakan, cessation of hostilities adalah perjanjian yang bersifat informal untuk menghentikan pertempuran.
Baca juga: Israel-Iran Gencatan Senjata, Apa Langkah Selanjutnya?
Sementara itu, gencatan senjata cenderung bersifat formal dan ditandai dengan perjanjian yang merinci hal-hal seperti:
Gencatan senjata juga merangkum beragam aktivitas militer yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta bagaimana pemantauan proses gencatan senjata.
Contohnya, perang saudara di Liberia berakhir pada 1993 saat Pemerintah Persatuan Nasional mencapai kesepakatan dengan National Patriotic Front of Liberia dan United Liberation Movement of Liberia for Democracy.