NEW YORK, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan dunia tidak boleh tunduk pada intimidasi Israel terkait ancaman aneksasi Tepi Barat di tengah perang Israel di Gaza.
“Kita tidak boleh merasa diintimidasi oleh risiko pembalasan,” ujar Guterres dalam wawancara dengan AFP di markas besar PBB, Jumat (19/9/2025).
Guterres menambahkan, “Dengan atau tanpa apa yang kita lakukan, tindakan ini akan terus berlanjut dan setidaknya ada peluang untuk menggerakkan komunitas internasional agar memberi tekanan agar hal itu tidak terjadi.”
Baca juga: PM Spanyol Tuai Kecaman atas Dugaan Ancaman Nuklir terhadap Israel
Guterres menyoroti kondisi di Kota Gaza, yang digambarkannya sebagai situasi paling buruk yang pernah ia saksikan.
“Itu adalah tingkat kematian dan kehancuran terburuk yang saya lihat selama masa jabatan saya sebagai Sekretaris Jenderal, mungkin dalam hidup saya, dan penderitaan rakyat Palestina tidak bisa digambarkan, kelaparan, ketiadaan layanan kesehatan yang memadai, orang-orang hidup tanpa tempat tinggal layak di area-area konsentrasi besar,” ungkapnya.
Israel sebelumnya mengancam akan menganeksasi Tepi Barat, jika negara-negara Barat tetap melanjutkan rencana pengakuan terhadap negara Palestina pada pertemuan PBB pekan depan.
Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, bahkan menyerukan aneksasi sebagian besar wilayah Tepi Barat untuk “mengubur ide negara Palestina”.
Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan militer Israel, berlindung di kamp tenda, saat pasukan Israel meningkatkan operasi di sekitar Kota Gaza, 2 September 2025. Baca juga: Perang di Gaza Membara, Artis Barat Ramai-ramai Serukan Boikot Israel
Sementara itu, Amerika Serikat sebagai sekutu dekat Israel menahan diri dari kritik terhadap perang Israel di Gaza maupun rencana aneksasi Tepi Barat.
Sebaliknya, Washington mengecam negara-negara Barat yang berencana mengakui Palestina.
Dalam pertemuan tingkat tinggi PBB di New York yang akan dimulai 23 September, akan mempertemukan lebih dari 140 kepala negara dan pemerintahan.
Perancis menyebut setidaknya 10 negara akan mengakui negara Palestina dalam forum tersebut.
Pertemuan ini diperkirakan akan didominasi pembahasan tentang masa depan Palestina dan konflik di Gaza, di tengah ancaman Israel untuk menggunakan “kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam operasi militernya.
Para pemukim Israel menggunakan buldoser untuk membuka jalan menuju permukiman baru di pinggiran desa Al Mughayyir, Tepi Barat yang diduduki, utara Ramallah, Minggu (24/8/2025).Baca juga: Tunggu Restu Kongres, Trump Jual Senjata AS Rp 106,4 Triliun ke Israel
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang