BEIJING, KOMAS.com - Jet tempur siluman generasi kelima China, Chengdu J-20, dilaporkan berhasil melintasi Selat Timur Korea pada Minggu (27/7/2025) tanpa terdeteksi radar Korea Selatan (Korsel) maupun Jepang.
Meski belum ada tanggapan resmi dari Beijing, sikap tidak mengonfirmasi maupun menyangkal dianggap sebagai isyarat bahwa China ingin menunjukkan kemampuan silumannya yang berhasil menembus sistem pertahanan udara dua sekutu Amerika Serikat itu.
Sejak laporan tersebut muncul, China terus memamerkan kekuatan udaranya lewat parade militer pada 3 September lalu dan Changchun Airshow pada 20 September, dengan menampilkan J-20 dan pesawat siluman baru J-35.
Baca juga: China Pamer Drone Siluman Raksasa GJ-X, Disebut Saingi Jet Siluman AS
Namun di balik klaim itu, perhatian justru tertuju pada kelemahan sistem radar jarak jauh Korea Selatan.
Diketahui, sejumlah radar yang menjadi “mata” pertahanan udara Seoul kini sudah berusia hampir empat dekade.
Beberapa unit FPS-117K dipasang antara 1987–1992, sementara FPS-117E1 dipasang sejak 2004.
Tahun ini saja, Angkatan Udara Korea Selatan mencatat 10 kali kerusakan pada FPS-117K dengan waktu mati sekitar 100 jam, dan 90 jam gangguan pada tipe E1.
“Dengan menyesuaikan sensitivitas, radar kami bahkan bisa mendeteksi kawanan burung migrasi,” ujar seorang pejabat Angkatan Udara Korsel.
Namun ia mengakui radar-radar itu memiliki keterbatasan karena harus menjalankan banyak fungsi sekaligus.
Pemerintah Korea Selatan berencana mengucurkan 260,3 miliar won (sekitar Rp 3,3 triliun) hingga 2029 untuk memodernisasi seluruh sistem radar.
Sebelum pembaruan itu selesai, militer Korsel harus tetap mengandalkan apa yang mereka sebut sebagai “mata yang mulai rabun”.
Kabar penerbangan J-20 itu sempat dibahas dalam audit parlemen Angkatan Udara Korea Selatan di markas besar Gyeryong, Provinsi Chungcheong Selatan.
Anggota parlemen dari Partai People Power, Lim Jong-deuk, mempertanyakan mengapa militer tidak mendeteksi pesawat asing yang terbang begitu dekat dengan wilayah udara mereka.
Baca juga: Indonesia Borong Jet Tempur J-10 China, Siap Dampingi Rafale Perancis
“Bahkan jika Selat Timur bukan yurisdiksi kita, jaraknya hanya sekitar 20 kilometer dari wilayah udara Korea. Apakah militer tidak sadar bahwa pesawat musuh bisa masuk dalam satu atau dua menit?” tanya Lim.
Menanggapi hal itu, Kepala Staf AU Jenderal Son Seok-rak menjawab, “Tanggal penerbangan tidak disebutkan, jadi tidak ada cara untuk memverifikasinya. Tidak ada bukti konkret yang mengonfirmasi keberadaan J-20.”