JAKARTA, KOMPAS.com - Animator asal Pakistan, Junaid Miran, berniat untuk menggugat kreator di balik film animasi Merah Putih: One For All.
Adapun alasannya adalah karena Merah Putih: One For All dituding telah menggunakan enam karakter Junaid tanpa izin.
Junaid akan menempuh jalur hukum untuk meminta pertanggungjawaban atas ketidakadilan yang dialaminya.
Sebelum resmi dirilis di bioskop, film Merah Putih: One For All memiliki banyak kontroversi yang menyertai.
Berikut deretan kontroversi dari film karya Perfiki Kreasindo tersebut.
1. Kualitas Animasi yang Dianggap di Bawah Standar
Sejak merilis trailer, Merah Putih: One For All langsung dihujani kritik karena kualitas animasinya yang dinilai kaku, seadanya, dan tertinggal dari standar film animasi Indonesia saat ini.
Banyak warganet yang membandingkannya dengan film animasi Indonesia lainnya seperti "Jumbo", yang dianggap memiliki kualitas jauh lebih unggul.
Kualitas visual dan naratif yang ditampilkan dalam trailer dianggap jauh dari ekspektasi, terutama untuk sebuah film yang akan tayang di bioskop.
2. Anggaran Fantastis yang Tidak Sesuai dengan Hasil
Kontroversi lain yang menyertai film ini adalah biaya produksi yang disebut mencapai Rp 6,7 miliar.
Angka tersebut sebenarnya tergolong kecil untuk produksi sebuah film animasi.
Namun, khusus untuk Merah Putih: One For All, Rp 6,7 miliar adalah biaya yang sangat fantastis karena hasil yang ditunjukkan kurang maksimal.
Endiarto mengatakan film tersebut justru dibuat dengan gotong royong tanpa perhitungan angka.
3. Waktu Produksi yang Sangat Singkat
Kontroversi lainnya adalah waktu pengerjaan film yang dikabarkan hanya memakan waktu sekitar dua bulan, bahkan ada yang menyebut kurang dari satu bulan.
Waktu produksi yang sangat singkat ini dianggap tidak masuk akal untuk menghasilkan film animasi berkualitas.
Sutradara Hanung Bramantyo turut memberikan kritik pedas dengan menyatakan bahwa dengan anggaran di bawah Rp 7 miliar, sangat sulit menghasilkan animasi berkualitas, apalagi dalam waktu singkat.
Menurutnya, rata-rata biaya produksi animasi minimal Rp 30-40 miliar dengan durasi pengerjaan 4-5 tahun.
4. Kemunculan Senjata AK-47 dalam Trailer
Salah satu adegan dalam trailer yang menampilkan senjata laras panjang jenis AK-47 juga menjadi perbincangan.
Menanggapi hal ini, Endiarto memberikan penjelasan bahwa senjata tersebut hanyalah properti mainan untuk keperluan adegan pentas peringatan 17 Agustus dalam cerita film.
5. Penggunaan Karakter tanpa Izin
Kontroversi terakhir yang menyertai Merah Putih: One For All adalah penggunaan karakter dari animator Pakistan, Junaid Miran, tanpa izin.
Total ada enam karakter yang diduga digunakan dalam film Merah Putih: One For All, termasuk Jayden, karakter ikonik Junaid.
https://www.kompas.com/hype/read/2025/09/02/073625266/deretan-kontroversi-film-merah-putih-one-for-all