Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nimas Safira Widhiasti Wibowo
Dosen

Dosen muda yang doyan ngulik dunia media, pop culture, desain visual, jurnalistik, sampai industri kreatif. Masih terus mencoba ngerti cara kerja dunia lewat komunikasi dan cerita-cerita yang kita temui tiap hari.

Menyingkap Pesona Magis Film Horor dan Potensi Industri Perfilman Indonesia

Kompas.com - 05/07/2025, 08:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SADAR atau tidak, Indonesia hidup di tengah rundungan bayang-bayang arwah penasaran!

Tulisan ini sejatinya saya tujukan sebagai (dibaca: marah-marah) upaya menelaah: kenapa sih adik saya begitu terobsesi mengajak kami sekeluarga melakukan binge-watching film ‘berhantu’?

Rasanya makin parah dari waktu ke waktu. Dulu, oke lah, cuma sebatas Netflix and Scream. Namun sekarang? Sudah mulai merengek minta ditemani nonton horor langsung ke bioskop.

Alasannya klise: “Soalnya ini lagi ramai diperbincangkan di media sosial.”

Entah siapa yang pertama memprovokasi, tahu-tahu semua isi rumah jadi korban tontonan seram. Duduk gelisah sepanjang film, tangan saling genggam erat, lalu pulang-pulang dengan janji manis: “Aku kapok, sumpah enggak nonton horor lagi!”

Tebak apa yang terjadi besoknya? Ya, benar. Diulang lagi. Dan begitu seterusnya.

Harus saya katakan bahwa tidak berlebihan rasanya menyebut jika seluruh aspek kehidupan di negara kita saat ini tengah diinvasi oleh presensi hantu, iblis, pocong, genderuwo, kuntilanak, dan seluruh tetek-bengek-nya, seakan-akan mereka sedang berusaha untuk memesona-memikat-menjerat mangsa.

Baca juga: Kementerian HAM dan Menjauhnya dari Efek Jera Pelaku Intoleransi

 

Pasalnya, citra teror hantu yang mematikan ini bisa kita deteksi di mana-mana. Mulai dari penggambaran pada lagu, periklanan, buku, hingga highlight utama dalam narasi film.

Pengisahan ini seakan-akan membawa kita kepada satu etiket kultur yang diamini banyak orang: Lumrah saja melihat hantu sebagai objek yang dikomersialkan pada rumah tangga industri kreatif Indonesia.

Dalam tubuh perindustrian film Indonesia, misalnya, genre film horor masih menduduki puncak klasmen genre film terfavorit pilihan penonton.

Hal ini lantaran film horor menyajikan narasi yang memacu adrenalin dan emosi penonton berdasarkan cerita mistik khas budaya Indonesia.

Gagasan ini diperkuat dari data Film Indonesia (2025). Meski belum genap berjalan paruh pertama tahun 2025, nyatanya sudah terdaftar puluhan judul film horor yang menghiasi papan ‘now showing’ di bioskop Indonesia.

Dibuka dengan Ajian Maut dan Utusan Iblis: Dia yang Berada di Antara Kita yang rilis bersamaan pada 2 Januari 2025 lalu. Hingga saat ini tercatat sudah ada 41 film yang menyuguhkan hantu sebagai villain utama.

Menariknya, tak jarang terdapat deretan beberapa judul film horor Indonesia yang diputar dalam satu waktu bersamaan.

Contohnya awal 2025, penonton diteror delapan film sekaligus: Utusan Iblis (2 Januari), Almarhum (9 Januari), Ketindihan (9 Januari, Eva: Pendakian Terakhir (16 Januari), Bayang-Bayang Anak Jahanam (16 Januari), Pengantin Setan (16 Januari), Vina: Sebelum 7 Hari (23 Januari), dan Pengantin Iblis (29 Januari) (Syifa, 2025).

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau