Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/02/2023, 19:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - ASI merupakan cairan yang sangat bergizi dan membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. 

ASI dapat berubah sepanjang hari dan dari waktu ke waktu untuk menyesuaikan dengan kebutuhan bayi, bahkan ketika anak sakit.

Tidak diragukan lagi bahwa ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk bayi agar dapat tumbuh sehat dan kuat.

Bagaimana proses pembentukan ASI?

Dilansir dari Cleveland Clinic, proses memproduksi dan melepaskan ASI dari kelenjar susu di payudara disebut laktasi. Laktasi dimulai sejak kehamilan, ketika perubahan hormon memberi sinyal pada kelenjar susu untuk membuat ASI sebagai persiapan untuk kelahiran bayi. 

Baca juga: Bagaimana Cara Mendapatkan Racun Kalajengking untuk Penelitian?

Menginduksi laktasi tanpa kehamilan juga mungkin dilakukan dengan menggunakan hormon yang sama yang dihasilkan tubuh selama kehamilan. Laktasi berakhir setelah tubuh berhenti memproduksi susu.

Dari mana ASI berasal?

ASI berasal dari kelenjar susu di dalam payudara. Kelenjar ini memiliki beberapa bagian yang bekerja sama untuk memproduksi dan mengeluarkan ASI, yakni:

  • Alveoli: Kantung kecil seperti anggur yang menghasilkan dan menyimpan susu. Sekelompok alveoli disebut lobulus, dan setiap lobulus terhubung ke lobus.
  • Saluran susu: Setiap lobus terhubung ke saluran susu. Tubuh wanita dapat memiliki hingga 20 lobus, dengan satu saluran susu untuk setiap lobus. Saluran susu membawa susu dari lobulus alveoli ke puting.
  • Areola: Area gelap di sekitar puting, yang memiliki ujung saraf sensitif yang membuat tubuh tahu kapan harus mengeluarkan ASI. Untuk mengeluarkan ASI, seluruh areola membutuhkan rangsangan.

Baca juga: Bagaimana Cara Astronot Bisa Tidur di Luar Angkasa?

  • Puting: Puting mengandung beberapa pori kecil (berjumlah sekitar 20) yang mengeluarkan susu. Saraf pada puting merespons saat menyusu (baik oleh bayi, tangan, atau pompa payudara). Stimulasi ini memberitahu otak untuk melepaskan susu dari alveoli melalui saluran susu dan keluar dari puting susu.

Apakah ukuran payudara berpengaruh terhadap produksi ASI?

Dilansir dari Verywell Family, wanita dengan payudara yang lebih besar memiliki lebih banyak jaringan lemak daripada wanita dengan payudara yang lebih kecil, tetapi ini tidak berarti mereka memiliki lebih banyak jaringan pembuat ASI.

Hampir semua wanita memiliki jaringan penghasil ASI yang cukup untuk membentuk dan mempertahankan suplai ASI yang sehat untuk anaknya.

Jadi, ukuran payudara tidak berpengaruh. Kapasitas penyimpanan payudara menentukan jumlah ASI yang mampu disimpan oleh payudara secara fisik.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Bom Atom?

Beberapa payudara wanita dapat menyimpan banyak ASI dan yang lain hanya volumenya lebih kecil, tetapi ini tidak tergantung pada ukuran payudara. Payudara besar belum tentu menyimpan lebih banyak susu daripada yang kecil dan sebaliknya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau