KOMPAS.com - Lilik Sri Haryanto mencampur air kelapa, telur, pisang, dan beberapa daun, namun dia tidak sedang membuat kue atau makanan. Cairan berwarna putih yang dihasilkannya ternyata dipakai untuk menyemprot tanaman padi di sawahnya, di Dusun Nglangun, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo.
Menurutnya, campuran yang dibuat itu berfungsi untuk menambah bobot bulir padi, sekaligus memperkuat agar bulir tidak gampang pecah. Ia juga membuat campuran lain berwarna coklat dengan bahan-bahan alami berbeda, untuk membuat probiotik bagi tanamannya.
"Tidak seperti pupuk yang dijual di pasaran, campuran ini aman, bahkan bisa diberikan sebagai campuran pakan ternak, bisa untuk unggas, sapi, kambing dan lainnya," ujar Lilik, Jumat (21/2/2025).
Sambil memasukkan ramuannya ke dalam tabung penyemprot yang biasa degendong petani, ia menjelaskan bahwa kelompok taninya sebenarnya sudah lama menggunakan bahan-bahan alami. Mereka sadar pentingnya menjaga tanah dan air agar tidak tercemar, apalagi air ini juga akan dipakai mengairi sawah-sawah lain di bawahnya.
Kesadaran ini rupanya ditangkap Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP), yang bersama CSR perusahaan air minum Aqua yang pada tahun 2014 memberi fasilitas laboratorium di mana para petani bisa bereksperimen untuk mencari berbagai formula pupuk maupun pestisida organik.
Lewat belajar dan coba-coba, Lilik akhirnya menemuka berbagai formula, baik pupuk, maupun pembasmi hama. Ia bahkan menciptakan atau menyilangkan beberapa jenis padi yang memiliki sifat-sifat unggul dan cocok untuk ditanam di daerahnya.
"Misalnya untuk mengatasi hama, kita tidak asal semprot, tapi melakukan berbagai hal berbeda tergantung hamanya. Secara teknis, misalnya bisa dilakukan dengan tanam serempak, agar hama tidak bisa berpindah ke tanaman lain," jelas Lilik.
Pemilihan varietas juga penting untuk mengendalikan hama dan penyakit. Katakan ini musim hujan, maka kita sejak awal harusnya memikirkan akan menanam padi yang tahan terhadap penyakit di musim hujan. Kalau menanam varietas yang rentan, maka ketika terjadi serangan akan lebih rusak.
Jadi pengendalian hama tidak hanya mengandalkan satu metode, tapi banyak metode. Penggunaan bahan kimia adalah alternatif terakhir ketika metode lain gagal dilakukan. Misalnya dengan pestisida, yang meskipun dibuat dari bahan alami, bisa berbahaya. Seperti penggunaan daun atau buah jarak, walau natural, tapi kandungan sianidanya tinggi sehingga berbahaya juga bagi manusia.
"Nah kami biasanya bikin sendiri dari bahan yang aman. Kita misalnya bisa memanfaatkan daun pepaya atau daun sirsak sebagai pestisida. Atau empon-empon seperti jahe, kunir, temulawak, bisa dimanfaatkan sebagai fungisida. Dengan komposisi dan dosis yan tepat, campuran ini akan aman," jelas Lilik.
"Saya juga pernah membuat senjata biologis untuk membasmi hama, dengan memanfaatkan jamur Beauveria bassiana. Jamur ini bisa menembus kulit hama dan membuat hama mati. Jadi untuk mengendalikan hama kita gunakan cara terpadu, pada prinsipnya bagaimana kita berbudidaya sehat," jelas Lilik yang fasih menyebut jenis-jenis bahan yang digunakan bahkan nama Latin-nya. Seorang teman sampai berkomentar, "Jangan-jangan bapak ini doktor yang nyamar jadi petani ya?"
Baca juga: Dari Mana Asal Air yang Melimpah di Umbul-Umbul di Klaten?
Lilik Sri Haryanto, petani di Kecamatan Polanharjo menjelakan cara membuat varietas padi, Jumat (21/2/2025)Karena keberhasilan pertaniannya, Lilik dan kelompoknya sering diminta mengajarkan metode-metode pertanian ramah lingkungan kepada kelompok-kelompok lain. Namun usaha ini tidak mudah. Petani yang sudah bertahun-taun menanam padi dan menghasilkan beras yang enak, tentu merasa cara mereka sudah benar.
"Apalagi saya tidak punya latar belakang pendidikan pertanian, kok mau ngajari. Nah, biasanya cara paling efektif adalah dengan membiarkan mereka merasakan masalah," ujar Lilik. "Saat terkena masalah, biasanya petani akan mencari solusi. Dia akan bertanya mengapa tanaman saya bermasalah, dan tanamanmu tidak. Di situlah kita masuk memberi penjelasan."
"Kalau kita datang saat tanaman bagus, nggak akan didengar. 'Wong tanamanku udah bagus, mengapa harus berubah?' Tapi begitu kena hama, sementara tanaman kita tidak, ibaratnya kita kasih kencing saja, mereka mau spray ke tanaman, saking putus asanya," ujar Lilik tertawa.