Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protein Ungkap Rahasia Paranthropus robustus, Kerabat Manusia 2 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 19/08/2025, 14:38 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Selama hampir satu abad, para peneliti dibuat penasaran oleh fosil-fosil unik dari Paranthropus robustus, kerabat jauh manusia yang hidup antara 2,25 juta hingga 1,7 juta tahun lalu. Spesies ini dikenal sebagai pejalan tegak dengan kemampuan mengunyah luar biasa, ditopang oleh rahang besar serta gigi tebal berlapis enamel.

Penemuan fosil di Afrika Selatan juga mencakup berbagai hominin awal, mulai dari Australopithecus prometheus, A. africanus (termasuk “anak Taung”), A. sediba, hingga P. robustus. Tak ketinggalan pula kerabat awal manusia dari genus Homo seperti H. erectus, H. habilis, H. naledi, hingga akhirnya manusia modern (Homo sapiens) yang muncul sekitar 153 ribu tahun lalu.

Baca juga: Australopithecus Robustus, Manusia Purba Vegetarian

Pertanyaan Besar tentang P. robustus

Sejak fosil pertama ditemukan pada 1938, teka-teki besar terus menggantung. Apakah perbedaan ukuran fosil disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin (sexual dimorphism), atau justru menandakan ada lebih dari satu spesies? Bagaimana hubungan P. robustus dengan hominin lain dan anggota awal genus Homo?

Sayangnya, analisis DNA purba tidak memungkinkan, karena molekul rapuh ini cepat rusak dalam iklim panas Afrika.

Jejak Protein yang Bertahan Jutaan Tahun

Harapan datang dari protein purba yang mampu bertahan jauh lebih lama dibanding DNA. Protein ini menempel pada tulang dan gigi, sehingga tetap stabil meski telah berusia jutaan tahun. Dengan metode ini, para peneliti berhasil menentukan jenis kelamin empat fosil: dua jantan dan dua betina.

“Hasil ini memberi perspektif baru tentang evolusi manusia, serta menghadirkan data genetik tertua dari Afrika,” ungkap tim peneliti.

Lebih mengejutkan, analisis protein menunjukkan adanya perbedaan genetik halus di antara fosil. Fokusnya adalah pada gen enamelin, protein penting dalam pembentukan enamel gigi.

Dua individu memiliki asam amino yang sama dengan manusia modern, simpanse, dan gorila. Dua lainnya memiliki asam amino unik yang sejauh ini hanya ditemukan pada Paranthropus.

Yang paling mengejutkan, satu individu memiliki dua versi gen sekaligus (heterozigositas)—temuan pertama dalam studi protein purba berusia 2 juta tahun.

Baca juga: Dari Banyak Manusia Purba, Mengapa Hanya Homo sapiens yang Bertahan?

Lebih dari Satu Jenis Paranthropus?

Biasanya, mutasi protein semacam ini dijadikan indikator perbedaan spesies. Awalnya, ilmuwan mengira variasi ini khas P. robustus. Namun kenyataannya, variasi tersebut ditemukan di dalam satu kelompok, artinya spesies ini mungkin jauh lebih beragam daripada perkiraan awal.

Temuan ini menyiratkan bahwa yang kita anggap sebagai satu spesies bisa jadi adalah mosaik evolusi kompleks, dengan individu-individu yang membawa garis keturunan berbeda.

Baca juga: Berapa Banyak Spesies Manusia Purba yang Pernah Hidup di Bumi?

Menjaga Warisan Fosil Afrika

Penelitian dilakukan dengan sampel minimal, sesuai regulasi Afrika Selatan, agar warisan fosil tidak rusak. Laboratorium lokal pun dilibatkan sejak awal, dengan banyak penulis penelitian berasal dari Afrika.

“Melakukan sains tingkat tinggi di Afrika untuk fosil Afrika adalah langkah penting menuju dekolonisasi paleontologi,” tulis para peneliti.

Baca juga: Seperti Apa Wujud Nenek Moyang Manusia dan Kera?

Gabungan morfologi (bentuk tubuh) dan paleoproteomik (ilmu protein purba) kini menjadi cetak biru penelitian masa depan. Teknik ini berpotensi menjawab apakah keragaman hominin awal lebih besar atau justru lebih kecil dari yang kita kira.

Untuk saat ini, teka-teki Paranthropus robustus semakin rumit—namun juga semakin menarik. Dengan kemajuan teknologi analisis protein, kemungkinan besar akan ada lebih banyak kejutan dari kerabat purba manusia di tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Apa Spesies Manusia Pertama di Bumi?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau