Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiu Paus di Papua Penuh Luka Akibat Aktivitas Manusia, Ini Temuannya

Kompas.com - 30/08/2025, 20:15 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Melihat seekor hiu paus—ikan terbesar yang masih hidup di dunia—sering membuat orang terpesona. Gerakannya yang pelan dan anggun, ditambah sifatnya yang jinak, menjadikan hiu paus simbol misteri lautan. Namun, di balik ketenangan itu, tersimpan kisah pilu tentang perjuangan bertahan hidup.

Dalam 75 tahun terakhir, jumlah hiu paus di dunia merosot lebih dari separuh. Di wilayah Indo-Pasifik, penurunannya bahkan lebih tajam lagi.

Faktor utamanya adalah perburuan, kerusakan habitat, dan jeratan alat tangkap. Masalahnya, hiu paus butuh waktu hingga 30 tahun untuk matang secara seksual, sehingga pemulihan populasi berlangsung sangat lambat.

“Spesies besar seperti hiu paus tumbuh lambat, bereproduksi terlambat, dan menghasilkan keturunan sedikit. Itulah mengapa mereka rentan,” jelas para peneliti. Hilangnya raksasa laut ini bisa menimbulkan efek berantai dalam ekosistem laut.

Baca juga: Tubuhnya Sangat Besar, Apakah Hiu Paus Berbahaya bagi Manusia?

Luka yang Ditorehkan Manusia

Di Bentang Laut Kepala Burung, Papua Barat, penelitian terbaru menemukan bahwa 62 persen hiu paus memiliki luka atau bekas luka—sebagian besar akibat aktivitas manusia.

“Kami menemukan bekas luka terutama berasal dari tabrakan dengan bagan (alat tangkap tradisional dengan jaring angkat) dan perahu wisata pengamat hiu paus,” ungkap Dr. Edy Setyawan dari Elasmobranch Institute Indonesia.

Luka ringan berupa lecet memang lebih umum, sementara luka parah akibat baling-baling kapal atau serangan predator alami jauh lebih jarang. Namun, akumulasi luka kecil tetap dapat memengaruhi kesehatan dan perilaku hiu paus.

Baca juga: Hiu Paus Makin Terancam Diduga akibat Aktivitas Pelayaran, Studi Jelaskan

Melacak Si Raksasa Jinak

Antara 2010 hingga 2023, para ilmuwan melacak hiu paus di Teluk Cenderawasih, Kaimana, Raja Ampat, dan Fakfak—wilayah dengan 26 kawasan konservasi laut. Dari pola bintik unik di tubuhnya, mereka berhasil mengidentifikasi 268 individu.

Sebagian besar yang terlihat adalah jantan muda berukuran 4–5 meter, biasanya sedang mencari ikan teri dan ikan-ikan kecil di dekat bagan. Salah satu hiu paus bahkan tercatat 34 kali dalam tiga tahun.

Fenomena ini sesuai teori ekologi: individu muda cenderung tinggal di perairan dangkal kaya makanan, sementara yang dewasa bermigrasi ke laut dalam.

Baca juga: Temuan Baru, Hiu Paus Sembuhkan Luka dan Tumbuhkan Siripnya Lagi Usai Cedera

Tim Monitoring Hiu Paus Gorontalo menemukan seekor hiu paus dengan bekas luka di bagian tubuhnya saat bearad di perairan Botubarani Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Hiu paus ini pernah datang ke lokasi ini dan telah diidentifikasi dengan nama ID GT40 pada tahun 2020, saat itu panjangnya 4 meter.KOMPAS.COM/TIM MONITORING HIU PAUS GORONTALO Tim Monitoring Hiu Paus Gorontalo menemukan seekor hiu paus dengan bekas luka di bagian tubuhnya saat bearad di perairan Botubarani Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Hiu paus ini pernah datang ke lokasi ini dan telah diidentifikasi dengan nama ID GT40 pada tahun 2020, saat itu panjangnya 4 meter.

Hiu Paus Betina Lebih Suka Laut Dalam

Hilangnya betina dan individu tua bukan kebetulan. Penelitian menunjukkan hiu paus betina dewasa lebih sering berada di laut dalam, memanfaatkan ngarai dan gunung laut untuk berburu krill dan ikan berkelompok.

“Data pelacakan satelit kami menunjukkan betina dan hiu paus dewasa kerap menggunakan fitur laut dalam,” jelas Mochamad Iqbal Herwata Putra, salah satu penulis studi.

Hal ini disebut segregasi seksual, strategi umum pada vertebrata laut besar untuk mengurangi persaingan makanan dan meningkatkan peluang bertahan hidup.

Baca juga: Studi Ungkap Hiu Paus Mampu Hidup Lebih dari 50 Tahun

Wisata yang Bisa Menjadi Ancaman

Kehadiran hiu paus di dekat pantai membuka peluang besar bagi ekowisata.

“Hiu paus di Teluk Cenderawasih dan Teluk Triton (Kaimana) sering terlihat kembali di lokasi yang sama. Ini menjadikannya aset berharga bagi masyarakat dan pemerintah daerah,” kata Dr. Mark Erdmann dari Rewild.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau