KOMPAS.com - Selama ini dokter biasa mengukur BMI (Body Mass Index) atau rasio pinggang-pinggul untuk menilai risiko kesehatan. Namun, penelitian terbaru menyoroti indikator lain yang jarang diperhatikan: lingkar leher.
Leher yang tebal sering diasosiasikan dengan kekuatan, seperti milik petinju atau pemain rugby. Tapi ternyata, lingkar leher yang besar bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius.
Baca juga: 4 Penyebab Sakit Leher, dari Otot Tegang hingga Meningitis
BMI hanya menghitung perbandingan berat dan tinggi badan. Masalahnya, BMI tidak selalu akurat. Seorang binaragawan bisa saja memiliki BMI tinggi, tapi jelas bukan obesitas. Di sinilah ukuran lingkar leher memberi informasi tambahan.
Menurut penelitian Ahmed Elbediwy dan Nadine Wehida dari Kingston University, orang dengan leher lebih besar relatif terhadap ukuran tubuhnya berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit serius. Hal ini berkaitan dengan distribusi lemak, terutama di bagian atas tubuh.
“Lemak di sekitar tubuh bagian atas melepaskan asam lemak ke dalam darah, yang bisa mengganggu cara tubuh mengatur kolesterol, gula darah, hingga ritme jantung,” jelas para peneliti tersebut. Dengan kata lain, lingkar leher dapat menjadi “cermin” dari lemak visceral—lemak berbahaya yang menyelimuti organ tubuh.
Baca juga: 14 Cara Menghilangkan Lemak Perut, Bukan Hanya Demi Penampilan
Bukti ilmiah menunjukkan, orang dengan lingkar leher lebih besar punya risiko lebih tinggi terhadap:
Baca juga: Lemak Coklat: Rahasia Menurunkan Berat Badan dan Hidup Lebih Lama
Berdasarkan penelitian, ukuran leher yang perlu diwaspadai adalah:
Yang mengejutkan, risiko ini tetap ada meski BMI normal. Artinya, kita bisa saja memiliki berat badan ideal menurut standar umum, tapi tetap berisiko jika lingkar leher melewati ambang batas.
Bahkan, setiap tambahan 1 cm di atas ambang batas meningkatkan risiko rawat inap dan kematian.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Terlalu Banyak Makan Lemak?
Jika lingkar leher melebihi ambang batas, bukan berarti harus panik. Namun, kondisi ini sebaiknya dianggap serius.
Kabar baiknya, ukuran lingkar leher bisa berubah dengan gaya hidup sehat:
Cara mengukurnya pun sederhana: cukup lilitkan pita ukur di bagian tersempit leher, pastikan menempel tapi tidak terlalu ketat.
Lingkar leher memang bukan satu-satunya indikator kesehatan, tapi bisa menjadi “sinyal tambahan” yang sering terlewat. Penelitian terbaru menunjukkan, ukuran leher berhubungan erat dengan risiko penyakit jantung, diabetes, hingga gangguan tidur.
Dengan kata lain, jawaban atas kondisi kesehatan kita terkadang benar-benar ada di depan mata. Jadi, jangan remehkan ukuran leher—bisa jadi ia menyimpan rahasia tentang kesehatan yang tak terlihat.
Baca juga: Lingkar Pinggang Besar, Ancaman Serius bagi Kesehatan
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini