Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Megaraptor Ditemukan dengan Sisa Santapan Terakhir di Mulutnya

Kompas.com - 24/09/2025, 07:25 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Selagi Tyrannosaurus rex menguasai Amerika Utara di zaman Kapur, benua Amerika Selatan ternyata memiliki predator puncak lain yang tak kalah mengerikan: Joaquinraptor casali. Fosil dinosaurus predator ini baru saja ditemukan di Patagonia, Argentina, dan membawa kejutan besar—tulang lengan seekor buaya yang masih terjepit di dalam rahangnya!

Penemuan ini bukan hanya memperkenalkan spesies baru dari kelompok dinosaurus megaraptor, tetapi juga memberi gambaran langka tentang perilaku makan mereka. “Perilaku yang terfosilkan, jika memang benar ini yang kita temukan, sangat langka sehingga pantas dirayakan,” ujar Matthew Lamanna, paleontolog dari Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh sekaligus peneliti dari National Geographic.

Baca juga: Newtonsaurus cambrensis: Predator Raksasa Zaman Trias Ditemukan di Wales

Si Pemangsa Ganas dari Zaman Kapur

Joaquinraptor casali diperkirakan hidup sekitar 70 juta tahun lalu di akhir periode Kapur. Dengan panjang lebih dari 7 meter dan berat lebih dari 1 ton, hewan ini memiliki moncong panjang dan ramping, serta lengan kokoh dengan cakar melengkung yang besar. Ia diduga memangsa dengan cara menerkam dan mencakar mangsanya menggunakan kombinasi rahang kuat dan cakar tajam.

Tim Lamanna berhasil menemukan tengkoraknya, bagian lengan dan kaki, tulang rusuk, tulang belakang, serta potongan fosil lainnya. Fosil ini menjadi salah satu spesimen megaraptor paling lengkap yang pernah ditemukan.

Yang membuatnya istimewa, di antara rahangnya ditemukan tulang lengan seekor buaya dari periode Kapur. Meski gigi tajam megaraptor menunjukkan bahwa ia adalah karnivora, sisa makanan seperti ini sangat langka dalam catatan fosil. Ketika ditemukan, artefak semacam ini memberi petunjuk langsung tentang apa yang ada di menu makan malam mereka jutaan tahun lalu.

Baca juga: Ulughbegasaurus: Raksasa Pemangsa yang Mengintimidasi Leluhur T. rex

Awal Penemuan: Dari Serpihan Tulang hingga Fosil Spektakuler

Kisah ini bermula pada tahun 2019 saat Lucio Ibiricu, seorang paleontolog dari Instituto Patagónico de Geología y Paleontología, menjelajah lapisan batuan tua di Provinsi Chubut, Patagonia. Ketika itu, rekan penelitinya, Bruno Alvarez, melihat fragmen tulang kecil menyembul dari batu.

“Momen itu menjadi titik balik besar bagi tim kami,” kata Ibiricu. Tulang-tulang tengkorak dan lengan yang ditemukan langsung menunjukkan bahwa ini adalah megaraptor—kelompok dinosaurus pemangsa misterius yang tersebar di Asia, Australia, dan Amerika Selatan.

Sejak pertama kali dinamai pada tahun 1998, megaraptor telah membingungkan para ilmuwan. Meskipun namanya mirip dengan Velociraptor, mereka sebenarnya jauh lebih besar dan memiliki anatomi yang unik: moncong panjang rendah, cakar besar, dan struktur tulang yang sulit diklasifikasikan. Banyak ahli menduga megaraptor merupakan kerabat dekat Tyrannosaurus, namun berevolusi di wilayah-wilayah tanpa kehadiran T. rex.

“Sebagian besar fosil megaraptor terlalu rusak untuk dianalisis secara utuh,” ujar Lamanna. Namun, Joaquinraptor adalah pengecualian, dan keberadaannya di periode akhir Kapur menjadikannya salah satu spesies terakhir dari garis keturunannya sebelum kepunahan massal akibat tumbukan asteroid.

Baca juga: Raptor Bukan Dinosaurus Pemburu Mangsa Berukuran Besar, Ini Buktinya

Cakar jempol raksasa dinosaurus megaraptor berkerabat dengan (tetapi secara geologis jauh lebih tua daripada) spesies baru Joaquinraptor casali.
Matt Lamanna, Museum Sejarah Alam Carnegie Cakar jempol raksasa dinosaurus megaraptor berkerabat dengan (tetapi secara geologis jauh lebih tua daripada) spesies baru Joaquinraptor casali.

Bukti Santapan Terakhir atau Kebetulan Alam?

Pertanyaannya, apakah benar megaraptor ini tewas saat sedang menyantap buaya?

Secara teori, tulang buaya itu bisa saja terselip secara kebetulan. Namun, kondisi lokasi penguburan menunjukkan sebaliknya. Posisi tulang-tulang Joaquinraptor masih sebagian besar terhubung (partial articulation), menandakan bahwa arus air yang menguburnya tidak cukup kuat untuk membawa masuk tulang dari binatang lain. Hal ini memperkuat dugaan bahwa buaya tersebut adalah bagian dari makanannya.

“Jika ini hanyalah kebetulan, maka alam sedang bermain-main dengan kami,” ujar Lamanna, setengah bercanda namun serius. Ibiricu juga menambahkan bahwa tidak ada fosil lain di sekitar area penggalian, kecuali buaya tersebut, semakin memperkuat dugaan bahwa ini adalah "makan siang terakhir" sang predator.

Fernando Novas, paleontolog dari Museum Ilmu Alam Bernardino Rivadavia yang tidak terlibat dalam penelitian, menyebut penemuan ini sebagai “aspek sensasional” dari studi tersebut. Ia bahkan menyebutnya sebagai “cuplikan fotografis interaksi ekologi antara dua kelompok predator yang berbeda.”

Lebih menarik lagi, Novas dan timnya baru-baru ini mendeskripsikan spesies buaya baru dari periode Kapur akhir yang dinamai Kostensuchus atrox, yang kemungkinan besar merupakan jenis buaya yang dimakan oleh Joaquinraptor.

Baca juga: Fosil Buaya Purba Bergigi T. rex Ditemukan, Diduga Pemburu Dinosaurus

Apa Arti Penemuan Ini?

Penemuan Joaquinraptor casali dan sisa makanan di mulutnya memberikan gambaran unik tentang kehidupan predator prasejarah di Amerika Selatan. Ia bukan hanya membuktikan bahwa megaraptor bertahan hingga akhir era dinosaurus, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka mungkin merupakan predator dominan yang memiliki peran penting dalam ekosistem Cretaceous akhir.

Dengan semakin banyaknya fosil lengkap yang ditemukan, misteri megaraptor perlahan mulai terkuak. Mungkin, di masa depan, kita akan mengetahui lebih banyak tentang perilaku, habitat, dan evolusi kelompok pemangsa yang satu ini—yang selama ini hidup dalam bayang-bayang Tyrannosaurus rex, namun tak kalah mengerikan.

Baca juga: Mengapa Tidak Ikut Punah? Ini Rahasia Buaya Bertahan sejak Zaman Dinosaurus

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau