Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Buaya Purba Bergigi T. rex Ditemukan, Diduga Pemburu Dinosaurus

Kompas.com - 28/08/2025, 12:46 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Sekitar 70 juta tahun lalu, menjelang akhir zaman dinosaurus, seekor buaya purba ganas berkeliaran di dataran banjir Patagonia, Argentina. Senyum sinisnya dipenuhi lebih dari 50 gigi tajam bergerigi yang, menurut para ilmuwan, mirip dengan gigi Tyrannosaurus rex.

Spesies baru ini diberi nama Kostensuchus atrox, seekor buaya darat pemakan daging murni (hypercarnivore) sekaligus predator puncak pada zamannya. “Giginya bisa dibandingkan dengan T. rex, berbentuk kerucut dan tajam seperti pisau,” kata Diego Pol, paleontolog sekaligus peneliti National Geographic Explorer yang ikut menemukan fosil ini. Ia menambahkan, rahangnya yang besar mampu “membelah tubuh mangsanya menjadi dua bagian hanya dengan satu gigitan.”

Penemuan fosil tengkorak dan sebagian kerangka buaya purba ini dipublikasikan pada 27 Agustus di jurnal PLOS One.

Baca juga: Deinosuchus: Buaya Purba Raksasa yang Mengalahkan Dinosaurus

Buaya Darat yang Mungkin Memburu Dinosaurus

Meskipun ukurannya lebih kecil dibanding buaya modern terbesar, tim peneliti menduga Kostensuchus atrox memiliki kaki yang lebih panjang dan tegak. Hal ini kemungkinan membuatnya lebih lincah berburu mangsa di darat, termasuk dinosaurus herbivora kecil.

Namun, tidak semua ahli sepakat. Eric Willberg, paleontolog dari Stony Brook University, menilai bukti gerak di darat masih campur aduk. Bentuk panggulnya bisa jadi masih mendukung gaya berjalan menyamping seperti buaya modern, bukan sepenuhnya tegak.

Meski demikian, fosil ini tetap memberi petunjuk berharga. Ditemukan di ujung selatan Patagonia yang dekat dengan Antarktika, keberadaannya menunjukkan bahwa buaya purba bisa berkembang di darat pada iklim hangat dan lembap di wilayah yang kini tertutup salju dan es. “Ini memberi gambaran betapa dramatis perubahan iklim sejak zaman itu,” ujar Pol.

Baca juga: Mengapa Tidak Ikut Punah? Ini Rahasia Buaya Bertahan sejak Zaman Dinosaurus

Anggota Keluarga Peirosaurid yang Hilang

Dalam pohon keluarga buaya purba (crocodyliforms), Kostensuchus termasuk dalam kelompok peirosaurid—kerabat jauh buaya, aligator, dan kaiman, namun bukan nenek moyang langsungnya.

Spesies ini istimewa karena menjadi peirosaurid paling selatan yang pernah ditemukan sekaligus salah satu yang paling lengkap. Menurut Stephanie Drumheller-Horton, paleontolog dari University of Tennessee, fosil ini adalah “spesimen indah dari bagian pohon keluarga buaya yang jarang dipahami.”

Baca juga: Fosil Karnivora Mirip Buaya di Karibia: Menguak Jejak Terakhir Sebecid

Tengkorak buaya hiperkarnivora besar baru dari Maastrichtian, Patagonia selatan, Argentina yang dinamai Kostensuchus atrox . Gabriel Diaz Yanten Tengkorak buaya hiperkarnivora besar baru dari Maastrichtian, Patagonia selatan, Argentina yang dinamai Kostensuchus atrox .

Awal Penemuan: “Itu Tengkorak!”

Pada Maret 2020, tim paleontolog Argentina yang dipimpin Fernando Novas dan Marcelo Isasi melakukan ekspedisi ke Formasi Chorrillo, wilayah yang juga melahirkan fosil dinosaurus besar seperti Maip macrothorax dan Nullotitan glaciaris.

Di penghujung hari pertama, Isasi menemukan potongan tulang berwarna hitam di batu kapur. “Rekan saya langsung berkata, ‘Marcelo, itu gigi—dan sangat besar!’ Saat melihat lebih dekat, saya menemukan bentuk yang tak salah lagi dan berkata, ‘Itu tengkorak!’” kenangnya.

Baca juga: Ahli Sebut Kecerdasan T. rex Setara dengan Buaya Besar

Tantangan Pandemi dan Proses Ekskavasi

Saat penggalian berlangsung, dunia dilanda pandemi COVID-19. Tim harus menghentikan ekspedisi dan bahkan sempat terjebak di kabin selama sepuluh hari karena lockdown. Fosil yang sudah dievakuasi kemudian dibawa lebih dari 2.400 km ke Buenos Aires.

Karena laboratorium museum ditutup, fosil besar itu akhirnya dipindahkan ke rumah Isasi. Dibantu istri dan anak-anaknya, ia menghabiskan enam bulan menyingkirkan batu dengan palu pneumatik. Perlahan, gigi runcing berkilau muncul dari moncong fosil, menandakan predator menakutkan dari masa lalu.

Tengkoraknya berukuran sekitar 50 cm dengan moncong lebar. Gigi-giginya yang panjangnya hingga 5 cm tampak lebih besar proporsinya dibanding buaya modern. Rahang dan ototnya menunjukkan kemampuan gigitan yang luar biasa kuat.

Baca juga: Bagaimana Evolusi pada Buaya Terjadi?

Bukti Pertarungan dan Perilaku

Menariknya, beberapa tulang belakang Kostensuchus menunjukkan bekas patah yang sudah sembuh. Hal ini diduga akibat pertarungan antar sesama buaya purba, mungkin karena perebutan makanan atau wilayah. “Pertarungan demi makanan atau teritorial adalah salah satu kemungkinan,” jelas Pol.

Dalam rekonstruksi video, ilmuwan menggambarkan dua buaya purba ini saling menyerang dengan berdiri di kaki belakang, mirip pertarungan komodo modern.

Baca juga: Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Keanekaragaman Buaya Zaman Kapur

Banyak orang membayangkan buaya purba serupa dengan buaya modern yang mengintai di sungai. Faktanya, pada zaman Kapur, buaya memiliki bentuk dan gaya hidup yang jauh lebih beragam: ada yang menjadi pemakan tumbuhan, ada yang raksasa karnivora, hingga ada yang berlapis perisai mirip armadillo.

“Kostensuchus memberi gambaran betapa luar biasanya keragaman buaya purba sebelum punah,” ujar Pol. “Mereka sangat beragam sampai akhir.”

Stephanie Drumheller-Horton menambahkan, “Meski sering disebut ‘fosil hidup,’ kenyataannya buaya punya banyak variasi bentuk unik di masa lalu. Itu pengingat bahwa di ‘Zaman Dinosaurus,’ dinosaurus bukanlah satu-satunya penguasa.”

Baca juga: 7 Buaya Terbesar yang Pernah Hidup di Bumi

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau