KOMPAS.com - Bayangkan jika suatu hari lampu jalan digantikan oleh pepohonan yang bisa menyala. Kedengarannya seperti adegan film fiksi ilmiah, bukan? Namun, para ilmuwan di Tiongkok kini berhasil membuat terobosan yang membawa bayangan itu selangkah lebih dekat menjadi kenyataan.
Mereka menciptakan sukulen bercahaya multicolor—atau tanaman yang bisa menyala dalam gelap dengan warna biru, hijau, merah, hingga ungu kebiruan. Penelitian ini dipublikasikan pada 27 Agustus 2025 di jurnal Matter, dan disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.
Baca juga: Beberapa Jamur Bisa Menyala dalam Gelap, Kenapa Begitu?
Rahasia dari cahaya ini terletak pada partikel fosfor “afterglow” yang disuntikkan langsung ke dalam daun sukulen jenis Echeveria “Mebina”. Partikel ini mampu menyerap cahaya matahari atau lampu LED, lalu melepaskannya kembali secara perlahan. Hasilnya, tanaman bisa bercahaya hingga dua jam penuh—lebih lama dan lebih terang dibanding eksperimen serupa sebelumnya.
“Bayangkan pepohonan yang bisa menggantikan lampu jalan,” kata Shuting Liu, penulis utama studi dari South China Agricultural University. “Partikel tersebut menyebar hanya dalam hitungan detik, dan seluruh daun sukulen langsung menyala.”
Baca juga: Fenomena Glow in the Dark pada Hewan-hewan Khas Australia, Apa itu?
Upaya menciptakan tanaman bercahaya sebenarnya sudah lama dilakukan, baik dengan rekayasa genetik maupun rekayasa material.
Rekayasa genetik menggunakan gen bioluminesen alami dari organisme seperti fitoplankton. Namun, hasilnya terbatas pada warna hijau pucat.
Rekayasa material, misalnya menyuntikkan partikel bercahaya, sering kali hanya menghasilkan cahaya redup yang cepat hilang.
Kunci keberhasilan tim Liu ada pada ukuran partikel fosfor. Mereka menggunakan partikel dengan diameter 6–8 mikrometer—setara dengan lebar sel darah merah manusia. Ukuran ini cukup besar untuk menghasilkan cahaya terang, tetapi juga cukup kecil untuk menembus jaringan daun sukulen.
“Partikel berukuran nano memang bisa bergerak lebih bebas, tetapi hasilnya jauh lebih redup,” jelas Liu.
Baca juga: Apa Lampu Jalan Membuat Tanaman Terjaga di Malam Hari?
Tak semua tanaman cocok untuk percobaan ini. Peneliti juga mencoba menyuntikkan partikel ke sawi hijau (bok choy) dan sirih gading (golden pothos), tetapi gagal. Hanya sukulen Echeveria “Mebina” yang berhasil karena memiliki celah antar-sel yang lebih besar, memungkinkan partikel bergerak dengan bebas di dalam daun.
Hasilnya, sukulen tersebut mampu menghasilkan cahaya seterang lampu tidur kecil. Partikel hijau memberi efek bercahaya paling lama—hingga dua jam.
Tim peneliti bahkan membangun dinding tanaman dari 56 sukulen bercahaya, cukup untuk menerangi sekitar dan bahkan memungkinkan orang membaca dalam kegelapan.
Liu menyebut hasil ini sebagai hal yang “hampir magis.”
“Saya merasa luar biasa bagaimana material buatan manusia berukuran mikro ini bisa berpadu begitu sempurna dengan struktur alami tanaman,” katanya.
Peneliti percaya bahwa teknologi ini suatu hari bisa menjadi solusi penerangan rendah karbon. Bayangkan jika rumah, taman, hingga jalan raya dihiasi oleh tanaman bercahaya yang cukup dijemur di bawah sinar matahari untuk mengisi “baterai” alaminya.
Baca juga: Unik, Tanaman Bercahaya Ini dari Rekayasa Gen Jamur Bioluminescence
Menurut studi, proses ini sederhana, murah, dan cepat—cukup 10 menit untuk menghasilkan cahaya. Jika bisa diterapkan pada berbagai jenis tanaman, teknologi ini bukan hanya dekoratif tetapi juga praktis sebagai sumber pencahayaan ramah lingkungan.
Dengan kata lain, mungkin di masa depan kita tidak lagi sekadar menanam bunga untuk keindahan, tetapi juga untuk menerangi jalan pulang.
Baca juga: Misteri Milky Seas: Mengapa Lautan Kadang Terlihat Bercahaya?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini