Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiu “Sailback Houndshark” Muncul Kembali Setelah 50 Tahun Menghilang

Kompas.com - 28/08/2025, 08:11 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Lautan masih menyimpan banyak misteri. Ada makhluk yang sekali muncul lalu seakan lenyap selama puluhan tahun, hingga dianggap punah. Salah satunya adalah sailback houndshark, hiu langka yang terkenal karena sirip punggungnya yang menjulang tinggi.

Spesies ini pertama kali dikenali pada tahun 1973, ketika seekor betina yang sedang bunting tertangkap di dekat Sungai Gogol, Teluk Astrolabe, Papua Nugini. Sejak itu, hanya satu spesimen inilah yang menjadi bukti keberadaannya. Selama 50 tahun, dunia sains tidak lagi menemukan jejak hiu unik ini.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Hiu Oranye Bermata Putih, Kondisi Langka di Dunia Laut

Penemuan Mengejutkan di Tahun 2020

Maret 2020 menjadi titik balik penting. Para peneliti yang bekerja sama dengan komunitas nelayan lokal menerima foto-foto hiu aneh dengan sirip punggung menjulang. Setelah diteliti, ternyata itu adalah lima ekor hiu betina sailback houndshark.

“Ini adalah bukti pertama setelah puluhan tahun bahwa spesies tersebut masih hidup di alam liar,” ungkap para peneliti.

Dua tahun kemudian, seekor jantan juga ditemukan di lokasi yang sama. Temuan ini semakin memperkuat fakta bahwa hiu ini bukan punah, melainkan masih bertahan diam-diam di perairan Papua Nugini.

Baca juga: Mengapa Hiu Membeku Saat Dibalik? 

Nelayan Sudah Mengenalnya

Meski dunia ilmiah tak mencatatnya, nelayan di Teluk Astrolabe rupanya sesekali berjumpa dengan hiu ini. Biasanya, mereka tak sengaja tertangkap saat nelayan mencari ikan jewfish yang bernilai tinggi untuk perdagangan gelembung renang (fish maw).

Sebagian besar tangkapan terjadi antara Maret–Juli dan Agustus–November. Namun, berbeda dengan hiu lain, daging sailback houndshark tidak laku dijual dan sering kali diberikan begitu saja. Siripnya pun dianggap berkualitas rendah untuk perdagangan sirip hiu.

Baca juga: Penemuan Mengejutkan: Hiu Ternyata Bisa Mengeluarkan Suara

Spesies Terbatas dengan Habitat Kecil

Hasil survei menunjukkan bahwa semua penemuan modern hanya berasal dari muara Sungai Gogol. Hiu ini tampaknya menyukai perairan dalam di dekat tepi landas kontinen yang sempit di kawasan tersebut.

Keterbatasan wilayah ini membuat para ahli menduga hiu ini bersifat mikroendemik, hanya ada di area kecil Teluk Astrolabe. “Dulu mungkin wilayah sebarannya lebih luas, hingga ke Papua Nugini atau bahkan Indonesia. Namun kini, populasinya bisa jadi hanya tersisa di lokasi kecil ini,” kata pakar hiu David Ebert.

Fenomena serupa juga dialami spesies lokal lain seperti hiu bambu dan hiu epaulette, yang kini hanya bertahan di habitat sempit.

Baca juga: Hiu Putih Besar Menghilang Secara Misterius, Ekosistem Laut Terancam

Ancaman Serius: Bycatch dan Overfishing

Meski tidak diburu langsung, keberadaan hiu ini tetap terancam. Tekanan perikanan, terutama akibat meningkatnya permintaan fish maw, bisa berakibat fatal. Dengan populasi kecil dan wilayah terbatas, sekali populasi terganggu, spesies ini berisiko hilang selamanya.

Penting bagi Sains dan Konservasi

Sailback houndshark memiliki garis keturunan evolusi unik di antara hiu triakid, sehingga sangat penting untuk ilmu pengetahuan. Saat ini, dua spesimen sudah diawetkan di Universitas Papua Nugini, dengan rencana analisis DNA bersama peneliti dari Australia dan Florida.

“Upaya ini akan membantu menciptakan dasar genetik untuk pemantauan di masa depan sekaligus menyusun strategi perlindungan,” jelas Jack Sagumai, penulis utama studi tentang penemuan ini.

Kisah penemuan kembali hiu ini memberi dua pesan penting. Pertama, harapan bahwa spesies yang lama tak terlihat belum tentu punah, dan mungkin masih bertahan di kedalaman laut. Kedua, peringatan bahwa spesies dengan populasi kecil dan habitat terbatas bisa lenyap tanpa disadari jika tidak segera dilindungi.

Dengan kombinasi riset ilmiah, strategi konservasi, serta kearifan masyarakat lokal, sailback houndshark bisa menjadi simbol kuat keunikan biodiversitas laut Papua Nugini. Lebih jauh lagi, ia menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga ekosistem rapuh sebelum terlambat.

Penelitian lengkap mengenai temuan ini telah diterbitkan dalam Journal of Fish Biology.

Baca juga: 5 Hiu yang Tidak Berbahaya di Dunia

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau