KOMPAS.com - Prinsip Understanding by Design (UbD) merupakan sebuah pendekatan atau kerangka kerja dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman mendalam, bukan sekadar pengetahuan di permukaan.
Melansir dari buku Kurikulum Berbasis Undestanding by Design untuk Membangun Kemandirian Siswa Sekolah Dasar (2024), pendekatan UbD menekankan pentingnya perencanaan yang sistematis dan terarah.
Dimulai dengan menetapkan tujuan atau hasil belajar yang ingin dicapai, kemudian menentukan bentuk asesmen atau bukti pencapaian yang sesuai, dan diakhiri dengan perancangan pengalaman belajar yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam Modul 1 Buku Ajar Pembelajaran Mendalam dan Asesmen (Umum) (2025) karya Dini Asri Kusnia Dewi, pembelajaran UbD ada di Topik 1.
Setelah memahami konsep, bapak/ibu guru mengisi cerita reflektif yang terdiri dari beberapa pertanyaan, yakni:
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 Halaman 40 Kurikulum Merdeka, Mendiskusikan Teks Berita
Pendekatan Understanding by Design (UbD) membantu saya merancang pembelajaran dengan arah yang lebih jelas dan berorientasi pada hasil belajar yang bermakna.
Melalui tiga tahap utama, menentukan tujuan pembelajaran, merancang asesmen, dan menyusun kegiatan belajar saya dapat memastikan setiap aktivitas di kelas memiliki keterkaitan langsung dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Pendekatan ini juga membuat saya lebih fokus pada pemahaman mendalam siswa, bukan hanya pada penyampaian materi.
Dengan UbD, saya belajar bahwa pembelajaran yang efektif dimulai dari hasil akhir yang diinginkan, lalu disusun mundur untuk menentukan bagaimana cara mencapainya.
Hal ini membuat kegiatan di kelas lebih terarah dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sebenarnya.
Saya menyadari bahwa selama ini saya sering memulai perencanaan dari kegiatan belajar tanpa menetapkan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai siswa.
Setelah memahami UbD, saya mengubah pendekatan tersebut dengan selalu menuliskan tujuan pembelajaran dan pemahaman yang diharapkan (desired results) sebelum menentukan strategi dan media.
Selain itu, saya mulai lebih memperhatikan asesmen autentik, yaitu bentuk penilaian yang benar-benar mengukur pemahaman siswa melalui praktik nyata, bukan sekadar tes tertulis.
Saya juga belajar menggunakan pertanyaan esensial (essential questions) untuk menuntun siswa berpikir kritis dan menemukan makna dari apa yang mereka pelajari.
Tantangan utama yang saya hadapi adalah waktu perencanaan yang lebih panjang dibandingkan metode konvensional.