KOMPAS.com - Rusia menembakkan senjata terbarunya rudal hipersonik Kinzhal ke Ukraina pada Jumat (18/3/2022).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, rudal tersebut menyasar tempat penyimpanan senjata di Ukraina barat.
"Sistem rudal Kinzhal dengan rudal aeroballistik hipersonik menghancurkan gudang bawah tanah besar yang berisi rudal dan amunisi penerbangan di desa Deliatyn di wilayah Ivano-Frankivsk", kata kementerian itu.
Deliatyn merupakan desa di kaki pegunungan Carpathian yang indah, terletak di luar kota Ivano-Frankivsk.
Adapun wilayah Ivano-Frankivsk berbagi perbatasan sepanjang 50 kilometer dengan Romania yang merupakan anggota NATO.
Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang?
Lantas, seperti apa kecanggihan rudal hipersonik Kinzhal?
Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menyoroti investasi Rusia dalam rudal hipersonik yang dapat melakukan perjalanan lebih dari lima kali kecepatan suara.
Bahkan ia menggambarkan senjata hipersonik itu sebagai "tak terkalahkan".
Menurut pejabat Rusia, Kinzhal dapat mencapai target hingga 2.000 kilometer dan terbang dengan kecepatan hingga 12.000 kilometer per jam.
Dengan kecepatan itu, Kinzhal masih bisa melakukan manuver, sehingga membuatnya sulit atau tak mungkin untuk dicegat.
Baca juga: 10 Negara Terbesar di Dunia, Rusia di Urutan Pertama
Namun, beberapa pakar militer Barat berpikir bahwa Rusia mungkin melebih-lebihkan kemampuan senjata hipersonik mereka.
"Rudal hipersonik memiliki kapasitas penetrasi yang lebih besar dan kekuatan destruktif karena kecepatannya yang sangat tinggi," kata analis militer Vassili Kachine, dikutip dari Euro News.
Pakar militer lainnya, Pavel Felgenhauer, mengatakan bahwa menggunakan rudal Kinzhal tidak memberi Moskow keuntungan strategis, tetapi lebih merupakan keuntungan psikologis.
"Pada dasarnya tidak mengubah medan perang, tetapi tentu berpengaruh dari segi propaganda psikologis, untuk menakut-nakuti semua orang," jelasnya.
Baca juga: Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina