Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Diskusi

Kompas.com - 14/08/2024, 11:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEHADIRAN AI atau Artificial Intelligence yang semakin masif dalam kehidupan manusia hari ini, diprediksi berpotensi semakin mengancam pada berbagai aspek perilaku manusia.

Hal-hal yang secara konvensional dan tradisional merupakan keindahan subjek bernama manusia, saat ini, perlahan tapi pasti sudah mulai menghilang; digantikan oleh objek atau subjek baru yang diberi nama AI.

Contoh ini sudah penulis gambarkan dalam Kompas.com pada artikel berjudul “Generasi Tanpa Komunitas” (23/11/2023) dan “Generasi Alien” (11/07/2023).

Sebenarnya ancaman tentang hal ini sudah lama disampaikan oleh berbagai pihak. Misalnya melalui beragam pesan simbolik seperti dalam berbagai film.

Banyak film yang kemudian memberikan sinyalemen nyata betapa AI, meskipun memiliki kemampuan mempermudah kehidupan manusia, namun seiring dengan itu juga berpotensi menjadi ancaman terutama dalam berbagai kehidupan sosial.

Salah satu ancaman realitas baru akan didiskusikan pada artikel ini. Kita akan berangkat dari fakta salah satu dari keindahan manusia berinteraksi dengan manusia lain adalah terjadinya atau dihasilkannya ilmu pengetahuan.

Seorang filsuf, Habermas menjelaskannya fenomena ini dengan istilah “dialog intersubjektif”. Dialog intersubjektif adalah proses bagaimana dua pihak atau atau lebih saling memberikan argumen dan pandangan terhadap suatu objek yang dibahas.

Setiap kebenaran diinteraksikan, sehingga bisa menemukan mana yang betul-betul sesuai dengan kebenaran itu sendiri maupun menghasilkan kebenaran alternatif yang jauh lebih baik/tepat dengan kebutuhan.

Dialog intersubjektif memungkinkan tiap pihak berdiri secara setara tanpa memedulikan kapasitas antarsubjek tersebut.

Kesetaraan itu akan memungkinkannya untuk aktif memberikan argumen, saling berbagi data, maupun beropini berbeda-beda terhadap sesuatu.

Dengan hadirnya AI yang mengisi sebagian ruang sosial kehidupan manusia, maka beberapa hal yang melekat pada entitas manusia seperti relasi-relasi berbasis komunitas, akan menghilang.

Salah satu di antaranya adalah yang akan dibahas dalam artikel ini sebagai “generasi tanpa diskusi”.

Mengapa disebut generasi tanpa diskusi? Karena mereka adalah sekelompok orang yang jika dia merasa memiliki suatu masalah atau pertanyaan, cukup bertanya kepada AI yang tersedia setiap saat.

Di sini masalahnya. Jika kita bertanya kepada sesama manusia, maka jawaban-jawaban dari setiap orang yang ditanya sangat mungkin menghasilkan jawaban berbeda-beda.

Hal demikian karena setiap jawaban dipengaruhi oleh perspektif, ilmu pengetahuan, ruang, waktu dan kapasitas yang dimiliki oleh subjek orang tersebut.

Sedangkan kalau AI atau ‘sesuatu’ yang bisa dikatakan objek itu, walaupun dianggap memiliki kapasitas yang sama/mirip, jawaban dari pertanyaan kepadanya tergantung sekali dari kualitas pertanyaan yang diajukan.

Semakin bagus/dalam/kritis suatu pertanyaan, maka respons yang diberikan dengan sendirinya akan memberikan sesuai dengan “big data” yang dimiliki AI itu sendiri.

Maka objektivitas dalam pertanyaan manusia akan menjadi problem tersendiri; karena tidak jarang kalau yang bertanya itu tidak terlatih secara kritis, maka dia akan berhenti mendalami jawaban dari pemberi jawaban.

Di sisi lain, jika bertanya kepada manusia, bisa jadi pertanyaannya terlihat dangkal. Namun tidak jarang orang yang ditanya akan memberi jawaban berbeda, lebih mendalam, dan kadang bisa menghasilkan diskusi baru.

Dengan pola diskursif seperti ini, yang tentu berpotensi menghasilkan ilmu baru, justru pada ‘generasi tanpa diskusi’ malah berpeluang menghasilkan manusia yang kurang cerdas.

Mengapa disebut kurang cerdas? Karena kecerdasan salah satunya dihasilkan dari kemampuan seseorang melakukan diskusi secara kritis dengan pihak lain; Keberbedaan perspektif, cara pandang keilmuan dan lain sebagainya merupakan proses epistemmis yang berpotensi menghasilkan ilmu pengetahuan baru tersebut.

Sedangkan ketika kita bertanya dan dijawab AI secara objektif dan monologis, maka peluang menghasilkan ilmu baru menjadi sedikit, malah bisa jadi tidak ada.

Sebab AI hanya menghasilkan jawaban yang memuaskan penanya. Tidak seperti manusia yang kadang-kadang bisa nyebelin, membuat marah atau melegakan karena memuji dan sebagainya.

Diskusi merupakan proses di mana daya kritisisme seseorang di hadapan sesama subyek bisa fluktuatif-dinamis.

Sehingga manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku berbeda-beda. Tentu saja, model sikap seperti ini merupakan suatu pembelajaran tersendiri bagi manusia.

Lalu, bagaimana kita mengatasi persoalan kemunculan generasi tanpa diskusi ini?

Terdapat sejumlah cara yang bisa dijadikan solusi untuk mengatasi persoalan ini. Pertama, ruang belajar atau ruang pendidikan tidak hanya dibentuk dalam format bertanya atau perintah kepada anak didik, tetapi juga tetap dibuat dalam pola saling membangun dan mengembangkan pertanyaan yang menghasilkan diskusi-diskusi baru.

Kedua, AI adalah suatu keniscayaan peradaban manusia hari ini. Namun, AI tidak bisa menggantikan ruang dan model diksusi antarmanusia.

Kesadaran bahwa posisi ini rentan hilang oleh manusia itu sendiri, harus direspons oleh para pemangku kepentingan agar proses dialog intersubyektif tetap dipelihara dalam berbagai peluang relasional manusia.

Sebagai manusia nalar kritisnya jangan sampai memudar. Kritisisme yang merupakan basis dari salah satu kemampuan manusia menalar persoalan-persoalan di lingkungannya jangan menjadi kenangan yang tersimpan di museum saja.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Media Vietnam dan Korsel Soroti Hasil Imbang Indonesia Vs Lebanon, Apa Kata Mereka?
Media Vietnam dan Korsel Soroti Hasil Imbang Indonesia Vs Lebanon, Apa Kata Mereka?
Tren
Kenapa Pejabat RI Sulit Mundur Meski Didesak Publik? Ini Penjelasan Sosiolog
Kenapa Pejabat RI Sulit Mundur Meski Didesak Publik? Ini Penjelasan Sosiolog
Tren
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Tren
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Tren
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau