Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebabkan Banjir, Ini 3 Peyebab Curah Hujan Masih Tinggi di Sebagian Wilayah Indonesia

Kompas.com - 09/07/2025, 13:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian wilayah Indonesia mengalami hujan lebat meski seharusnya sudah memasuki periode musim kemarau.

Hal ini disebabkan oleh kondisi anomali curah hujan atau musim kemarau basah, yakni kondisi curah hujan di atas normal selama periode kemarau.

Bahkan beberapa daerah terendam banjir akibat hujan lebat yang berkepanjangan yang meluapkan aliran sungai.

Baca juga: Cara Pantau Lokasi Banjir Jakarta Hari Ini lewat Google Maps


Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, kemarau basah diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025.

"Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung dengan kondisi curah hujan di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025," ujar Dwikorita, dikutip dari Kompas.com, Jumat (8/7/2025).

Ia menyebut bahwa banjir yang terjadi saat musim kemarau termasuk dampak dari anomali iklim yang sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia.

Baca juga: Indonesia Alami Anomali Curah Hujan hingga Oktober 2025, Apa Itu?

Dwikorita juga menjelaskan mengenai beberapa alasan mengapa sebagian wilayah Indonesia masih dilanda curah hujan tinggi di musim kemarau, yakni:

1. Melemahnya Monsun Australia

Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat.

Monsun Australia sendiri merupakan perubahan pergerakan angin dari benua Australia menuju Asia dengan melewati Indonesia.

Hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan atau kemarau basah, sehingga sebagian wilayah Indonesia masih mengalami hujan.

Baca juga: Waspada 5 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan Berikut Ini, Apa Saja?

2. Gelombang Kelvin

Ada juga gelombang Kelvin yang melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan yang memicu penumpukan massa udara.

Gelombang Kelvin adalah gelombang gravitas yang meliputi seluruh permukaan bumi akan tetapi adanya hanya di sekitar ekuator.

Ia memengaruhi sistem curah hujan tropis yang disertai dengan pola angin barat dan timur yang khas.

Baca juga: 25 Wilayah Indonesia Diprediksi Alami Hujan Tinggi–Sangat Tinggi Juli 2025, Mana Saja?

3. Konvergensi angin

Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal yang terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan.

Dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau dikenal dengan kemarau basah.

Kondisi ini sejalan dengan prediksi BMKG pada Maret 2025 bahwa kemarau tahun ini akan mengalami kemunduran pada sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM), terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Baca juga: Hujan Saat Kemarau Diprediksi Berlanjut hingga Oktober 2025, BMKG Ungkap Penyebabnya

(Sumber: Kompas.com/Firda Janati, Ardito Ramadhan, Mohamad Bintang Pamungkas)

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau