KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memotong anggaran untuk penelitian sains pada tahun 2026. Rencana ini membawa dampak cukup signifikan pada NASA.
Dampak efisiensi ini bisa merusak operasi teleskop luar angkasa yang legendaris, Hubble Space Telescope (HST) dan James Webb Space Telescope (JWST).
Para ilmuwan khawatir pengurangan dana ini dapat mengancam kelangsungan misi luar angkasa utama.
Baca juga: Trump Rencanakan Tarif Impor 50 Persen, Brasil Ancam Kenakan Tarif yang Sama untuk AS
NASA, yang mengelola berbagai misi luar angkasa canggih, menghadapi tantangan besar setelah pemerintah mengusulkan efisiensi hampir setengah dari dana untuk ilmu pengetahuan.
Pemotongan ini juga termasuk memangkas biaya operasi teleskop Hubble dan James Webb.
Penurunan dana ini berpotensi mengurangi efisiensi operasional kedua teleskop tersebut dan memperlambat kemajuan penelitian astrofisika yang vital.
Lantas, apakah ancaman efeisiensi Trump terhadap kinerja teleskop ini?
Dalam anggaran yang diajukan untuk tahun fiskal 2026, dana untuk James Webb dan Hubble dipangkas. Meski keduanya tidak sepenuhnya dihentikan, pemotongan dana untuk kedua teleskop ini termasuk signifikan dan dikhawatirkan mengancam penelitian masa depan.
Dana yang dialokasikan untuk Jamers Webb, yang sebelumnya berjumlah 187 juta dollar AS (sekitar Rp 3 triliun) pada 2024, akan turun menjadi 140 juta dollar AS (sekitar Rp 2,2 triliun) pada 2026.
Untuk Hubble, anggarannya juga akan menurun dari 93,3 juta dollar AS (sekitar Rp 1,5 triliun) menjadi 85 juta dollar AS (sekitar Rp 1,3 triliun) pada tahun yang sama.
"Pemotongan ini akan berdampak besar pada operasi dan dukungan kedua teleskop," ujar Neill Reid, ilmuwan proyek multimisional di Space Telescope Science Institute, seperti dikutip dari Live Science, Minggu (13/07/2025).
Baca juga: NASA: Efisiensi Trump Bisa Hambat Deteksi Asteroid Berbahaya
Reid menjelaskan bahwa pemotongan dana ini akan mengurangi operasi JWST sebesar 25 persen hingga 35 persen.
Pemangkasan dana ini diperkirakan akan berdampak langsung pada kemampuan teleskop seharga 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 162 triliun) tersebut untuk menjelajahi ruang angkasa.
"Biaya operasi JWST ditetapkan pada 2011, tetapi inflasi dan pemotongan anggaran membuat kami berada di titik di mana pengurangan ini semakin membebani operasional," papar Reid.
"Inflasi dan masalah anggaran NASA menjadi risiko signifikan bagi dukungan JWST yang dimulai Oktober 2025," sambungnya.