Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SD Negeri Hanya Dapat 1 Murid, Orang Tua Lebih Pilih Sekolah Swasta?

Kompas.com - 17/07/2025, 08:45 WIB
Fatimah Az Zahra,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena tak biasa terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Beberapa sekolah dasar negeri tercatat hanya menerima satu murid baru pada tahun ajaran baru 2025/2026.

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (15/7/2025), SD Negeri 1 Wates di Kabupaten Kudus hanya memiliki satu siswa baru pada awal tahun ajaran ini.

Di sekolah tersebut, siswa bernama Shofi memulai kegiatan belajar pada Senin (14/7/2025). Untuk sementara waktu digabungkan dengan kelas 2 agar memiliki teman belajar.

Kondisi serupa juga terjadi di SD Negeri 27 Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Sekolah ini hanya menerima satu murid baru bernama Abrizam.

Abrizam yang mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dengan didampingi wali kelas tersebut tercatat masuk melalui jalur afirmasi.

Tak hanya di dua sekolah tersebut, masih ada sejumlah sekolah dasar negeri lain yang juga hanya menerima satu siswa pada tahun ajaran baru ini.

Baca juga: Kisah Ayah di China Setia 12 Tahun Gendong Anaknya yang Disabilitas Berangkat-Pulang Sekolah

Fenomena tersebut memunculkan dugaan bahwa banyak orang tua kini lebih memilih menyekolahkan anak ke sekolah swasta.

Di Indonesia, sekolah swasta telah tersebar luas dari jenjang taman kanak-kanak hingga SMA dan seringkali dinilai memiliki keunggulan dari segi fasilitas, pendekatan belajar, hingga kualitas pengajaran.

Selain menawarkan fleksibilitas, sekolah swasta juga tidak menerapkan sistem zonasi, sehingga memberi keleluasaan bagi orang tua dalam memilih sekolah.

Lantas, apakah keberadaan sekolah swasta menjadi penyebab minimnya penerimaan murid di sejumlah sekolah negeri?

Baca juga: Banyak Sekolah Dasar Hanya Terima 1-2 Orang Murid, Bagaimana Kegiatan Belajar Ke Depannya?

Pengamat tegaskan pemda seharusnya lakukan survei

Pengamat pendidikan Ina Liem mengatakan, sulit menarik kesimpulan yang pasti mengenai penyebab rendahnya jumlah murid tanpa melihat data secara komprehensif. 

Menurutnya, pemerintah daerah harus melakukan kajian mendalam berbasis data kependudukan dan data sekolah yang tersedia.

“Penyebab pasti tentunya saya tidak bisa menarik kesimpulan, karena harus dipelajari datanya dulu,” ujar Ina ketika dihubungi Kompas.com pada Rabu (16/7/2025).

Maka dari itu, ia berharap pemerintah daerah dapat melakukan survei mengenai data kependudukan. Mulai dari prediksi usia sekolah dalam suatu wilayah, kapasitas sekolah dalam menampung murid, hingga isu korupsi.

Baca juga: Link Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2025 STAN, IPDN, STIN, STIS, hingga STMKG

“Ini tugas pemda harusnya. Fenomena ini tidak mungkin mendadak. Data kependudukan kan sudah ada, harusnya bisa diprediksi anak usia sekolah di daerah tersebut ada berapa, kapasitas sekolah berapa, tahun lalu berapa siswa, tren menurun sejak kapan, isu korupsi di sekolah tersebut ada atau tidak, sehingga berpengaruh terhadap persepsi ortu,” jelasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Warga di Ponorogo Bayar PBB Pakai Hasil Panen Pisang Cavendish, Bisa Ditiru Daerah Lain?
Warga di Ponorogo Bayar PBB Pakai Hasil Panen Pisang Cavendish, Bisa Ditiru Daerah Lain?
Tren
Media Vietnam dan Korsel Soroti Hasil Imbang Indonesia Vs Lebanon, Apa Kata Mereka?
Media Vietnam dan Korsel Soroti Hasil Imbang Indonesia Vs Lebanon, Apa Kata Mereka?
Tren
Kenapa Pejabat RI Sulit Mundur Meski Didesak Publik? Ini Penjelasan Sosiolog
Kenapa Pejabat RI Sulit Mundur Meski Didesak Publik? Ini Penjelasan Sosiolog
Tren
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Tren
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Tren
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau