Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nurun Najib
Dosen

Dosen Sosiologi pada Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)

Brain Rot dan Krisis Senyap di Balik Gawai

Kompas.com - 18/07/2025, 14:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI BANYAK ruang kelas hari ini, kita mudah sekali menemukan fenomena mengkhawatirkan: siswa yang gelisah hanya setelah kurang dari sepuluh menit penjelasan, enggan membaca teks panjang, dan lebih peka terhadap notifikasi handphone daripada dinamika diskusi.

Mereka saat ini tampak hidup dalam dunia serba cepat, instan, dan berisik secara kognitif. Hadir secara fisik, tapi jiwanya mengembara ke ruang virtual tak berujung.

Percakapan menjadi serba pendek, tradisi membaca digantikan menonton, dan berpikir akhirnya digeser dengan hanya merespons.

Dalam ruang sosial lebih luas seperti di sekolah maupun rumah, banyak guru dan orangtua merasa frustasi karena anak mereka semakin sulit untuk fokus, enggan terlibat dalam diskusi mendalam, dan seringkali tidak sabar menghadapi proses belajar.

Fenomena di atas belakangan lebih dikenal dengan istilah brain rot (pembusukan otak). Ini adalah istilah populer yang merujuk pada kemunduran daya pikir akibat konsumsi konten digital yang serba cepat dan dangkal.

Otak pada akhirnya terbiasa menerima rangsangan instan-video singkat, suara keras, efek visual mencolok-tanpa melalui proses penyaringan dan pemakanaan mendalam.

Baca juga: Banyak Dokter, Memangnya Kita Sehat?

 

Pada akhirnya kemampuan otak untuk berpikir kritis, mempertahankan perhatian jangka panjang, serta menalar secara sistematis mengalami degradasi.

Keterjebakan layar

Ancaman brain rot juga diperparah desain algoritma platform digital yang secara sadar mendorong pengguna untuk terus menggulir layar dan mengejar stimulasi berikutnya.

Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan konten cepat akhirnya memicu dopamine loop, yaitu siklus neurobilogis di mana otak secara terus menerus mengejar rangsangan yang menyenangkan secara instan.

Ketika kita terjebak dalam pola ini, proses belajar menjadi hambar karena tidak lagi mampu memuaskan secara neurologis.

Dalam jangka panjang, kondisi ini tidak hanya menyebabkan kesulitan fokus pada penurunan motivasi belajar, lebih dari itu juga menghambat perkembangan fungsi eksekutif otak.

Fungsi ini sangat penting dalam proses pengambilan keputusan, pengendalian diri, serta pengelolaan emosi.

Dalam tulisannya, Aminah (The Converstion, 2025) menjelaskan bahwa konsumsi konten digital berlebihan, yang berkarakter cepat dan dangkal, sangat mudah menyebabkan gejala brain rot, terutama pada anak-anak dan remaja yang belum sepenuhnya memiliki sistem kontrol diri yang matang.

Gawai dengan beragam hiburan dunia maya yang ada di dalamnya kini menjadi ruang dominan untuk generasi muda menghabiskan waktunya.

Namun, alih-alih menjadi sarana eksplorasi pengetahuan, justru yang acapkali ditemui adanya kecanduan dan keterlambatan perkembangan kemampuan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau