KOMPAS.com - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat memicu kekhawatiran masyarakat akan hilangnya sejumlah pekerjaan di masa depan.
Pekerjaan-pekerjaan administratif dan urusan teknis banyak yang sudah tergantikan oleh AI. Hal ini memicu ketakutan AI yang dapat mengurangi lapangan pekerjaan.
Namun, sejumlah pakar teknologi dan peneliti mengatakan, terdapat beberapa skill atau keterampilan manusia yang sulit, bahkan mungkin mustahil untuk digantikan dengan AI.
Keterampilan ini tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga elemen manusia yang bersifat unik.
Lantas, keterampilan manusia apa saja yang tak tergantikan oleh AI?
Baca juga: 2 Profesi yang Disebut Pakar Paling Sulit Digantikan AI, Apa Saja?
Dikutip dari Business Insider, Selasa (6/5/2025), peneliti AI terkemuka sekaligus profesor di California Institute of Technology, Anima Anandkumar, memiliki saran bagi anak muda yang khawatir akan masa depan, untuk selalu mengasah sikap ingin tahu.
“Saya pikir salah satu pekerjaan yang tidak akan digantikan AI adalah kemampuan untuk memiliki rasa ingin tahu dan mengejar masalah-masalah sulit,” ujar Anima.
“Jadi, bagi anak muda, saran saya adalah jangan takut pada AI atau khawatir tentang keterampilan apa yang harus dipelajari agar tidak tergantikan, tetapi tetaplah berada di jalur yang didorong oleh rasa ingin tahu,” tambahnya.
DIketahui, Anandkumar merupakan mantan direktur senior riset AI di Nvidia dan ilmuwan di Amazon Web Services. Ia meninggalkan pekerjaannya sektor swasta pada 2023 untuk kembali mengajar di dunia akademis.
“Jangan takut pada AI. Gunakan itu sebagai alat untuk mendorong rasa ingin tahu, mempelajari keterampilan baru, pengetahuan baru, dan lakukan dengan cara yang jauh lebih interaktif,” tambahnya.
Baca juga: Chatbot AI Dibatasi di Beberapa Negara Bagian AS, Apa Alasannya?
Dikutip dari The Economic Times, Sabtu (2/8/2025), CEO Zoho Corporation, Sridhar Vembu mengatakan, bahwa meskipun AI berkembang pesat, teknologi ini tidak memiliki empati, penilaian, maupun visi jangka panjang yang biasa melekat pada karakter manusia.
Menurutnya, teknologi tersebut memiliki kekurangan yakni kecerdasan kontekstual.
Kecerdasan tersebut meliputi kemampuan memahami tujuan strategis, memahami masalah pelanggan, dan kendala lintas fungsi.
Ia mengatakan bahwa manusia sebagai insinyur bertugas merancang, meningkatkan skala, dan berinovasi terhadap AI secara bertanggung jawab.
"Tanpa kendali manusia, bahkan model AI yang canggih pun dapat berkembang menjadi prasangka, inefisiensi, atau celah keamanan," ujarnya.