Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reksadana Yield 9 Persen, Peluang Emas atau Bahaya Tersembunyi?

Kompas.com - 11/08/2025, 09:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Minat generasi milenial terhadap investasi reksadana terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Instrumen ini dianggap praktis dan terjangkau untuk menjaga nilai uang agar tidak tergerus inflasi.

Seiring kenaikan harga barang dan jasa, banyak milenial mencari cara agar tabungan mereka tetap tumbuh.

Reksadana obligasi maupun saham indeks pun menjadi pilihan populer karena menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil dibanding tabungan konvensional.

Belakangan, muncul tawaran produk reksadana dengan yield atau imbal hasil di atas 9 persen per tahun.

Angka ini tentu menggiurkan, apalagi di tengah inflasi yang terus menekan daya beli.

Baca juga: IHSG Turun Bisa Pengaruhi Saham Reksadana, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Namun, tingginya yield juga memunculkan pertanyaan, apakah peluang ini layak dimanfaatkan atau justru perlu diwaspadai?

Ambil atau tinggalkan?

Menanggapi hal itu, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan semakin tinggi tingkat suku bunga dari sebuah instrumen investasi, baik itu obligasi atau saham, maka diikuti juga tingginya tingkat risiko dari investasi tersebut.

Sementara, jika ada produk obligasi atau saham dengan yields sebesar 9 persen atau lebih, maka sebaiknya dipertimbangkan untuk membelinya. Sebab, angka yields 9 persen termasuk tinggi.

"Instrumen investasi yang dianggap tidak ada risikonya adalah surat utang negara," ujar Anthony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/8/2025).

"Yield obligasi pemerintah 10 tahun saat ini sekitar 6,5 persen," lanjut dia.

Menurut dia, tingkat risiko obligasi diukur melalui rating yang diberikan lembaga pemeringkat kredit.

Rating ini menunjukkan risiko kredit atau kemungkinan gagal bayar pokok dan bunga oleh penerbit obligasi.

"Investor perlu memperhatikan rating ini dan yield yang diberikan oleh penerbit obligasi," ujar Anthony.

Sementara, yang perlu diperhatikan adalah rating obligasi yang sangat bagus bukan berarti tidak ada risiko gagal bayar.

Perubahan ekonomi yang cepat, misalnya akibat faktor eksternal, kata dia, tetap dapat memicu risiko gagal bayar.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau