KOMPAS.com - Minat generasi milenial terhadap investasi reksadana terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Instrumen ini dianggap praktis dan terjangkau untuk menjaga nilai uang agar tidak tergerus inflasi.
Seiring kenaikan harga barang dan jasa, banyak milenial mencari cara agar tabungan mereka tetap tumbuh.
Reksadana obligasi maupun saham indeks pun menjadi pilihan populer karena menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil dibanding tabungan konvensional.
Belakangan, muncul tawaran produk reksadana dengan yield atau imbal hasil di atas 9 persen per tahun.
Angka ini tentu menggiurkan, apalagi di tengah inflasi yang terus menekan daya beli.
Baca juga: IHSG Turun Bisa Pengaruhi Saham Reksadana, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Namun, tingginya yield juga memunculkan pertanyaan, apakah peluang ini layak dimanfaatkan atau justru perlu diwaspadai?
Menanggapi hal itu, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan semakin tinggi tingkat suku bunga dari sebuah instrumen investasi, baik itu obligasi atau saham, maka diikuti juga tingginya tingkat risiko dari investasi tersebut.
Sementara, jika ada produk obligasi atau saham dengan yields sebesar 9 persen atau lebih, maka sebaiknya dipertimbangkan untuk membelinya. Sebab, angka yields 9 persen termasuk tinggi.
"Instrumen investasi yang dianggap tidak ada risikonya adalah surat utang negara," ujar Anthony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/8/2025).
"Yield obligasi pemerintah 10 tahun saat ini sekitar 6,5 persen," lanjut dia.
Menurut dia, tingkat risiko obligasi diukur melalui rating yang diberikan lembaga pemeringkat kredit.
Rating ini menunjukkan risiko kredit atau kemungkinan gagal bayar pokok dan bunga oleh penerbit obligasi.
"Investor perlu memperhatikan rating ini dan yield yang diberikan oleh penerbit obligasi," ujar Anthony.
Sementara, yang perlu diperhatikan adalah rating obligasi yang sangat bagus bukan berarti tidak ada risiko gagal bayar.
Perubahan ekonomi yang cepat, misalnya akibat faktor eksternal, kata dia, tetap dapat memicu risiko gagal bayar.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini