KOMPAS.com - Sebuah terobosan ilmiah muncul dari kolaborasi antara University of the Basque Country (EHU), Wuhan University dan Chinese Academy of Sciences.
Terinspirasi oleh proses alami pembentukan kayu fosil, para peneliti berhasil menciptakan material kayu baru bernama BioStrong Wood.
Kayu hasil rekayasa tersebut memiliki kekuatan mekanis melebihi baja tahan karat.
Dilansir dari Phys.org, Kamis (24/7/2025), dengan kombinasi perlakuan mekanis, kimia, dan biologis, termasuk penggunaan jamur pengurai kayu, struktur internal kayu dimodifikasi hingga mencapai daya tahan luar biasa.
Tidak hanya lebih tangguh secara fisik, material ini juga tahan terhadap kelembapan, suhu ekstrem, serta guncangan termal dari minus 196 hingga 120 derajat Celsius.
Uji kekuatan tarik bahkan menunjukkan performa yang mengungguli baja SAE 304, jenis baja yang biasanya mengandalkan bahan langka dan beracun seperti kromium dan nikel.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Science Advances pada Rabu (23/7/2025) ini juga mengungkap material kayu baru yang tidak hanya kuat, tetapi juga berkontribusi besar pada penurunan emisi karbon.
Material bernama BioStrong Wood ini terbukti menyerap lebih banyak karbon daripada yang dihasilkan selama proses produksinya.
Setiap 1 kilogram BioStrong Wood mampu menyerap sekitar 1,2 kilogram karbon dioksida bersih, bahkan setelah memperhitungkan penggunaan energi, bahan kimia, dan budidaya jamur.
Jejak karbon ini sangat kontras dengan baja, yang justru melepaskan sekitar 1,9 kilogram karbon dioksida untuk setiap 1 kilogram yang diproduksi.
Baca juga: Apakah Kayu Manis Bagus untuk Ginjal?
Bahkan, bahan komposit seperti serat kaca memiliki jejak karbon lebih besar lagi, yakni sekitar 5 kilogram karbon dioksida per kilogram.
Secara biaya, BioStrong Wood diperkirakan hanya memerlukan sekitar 2 yuan China (sekitar Rp 4.571) per kilogram.
Biaya ini menjadikannya jauh lebih murah dibandingkan dengan polimer kelas dirgantara, dan masih kompetitif dengan kayu lapis biasa.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk menghasilkan material dengan kekuatan sangat tinggi, namun tetap terjangkau secara ekonomi dan ramah lingkungan,” kata Profesor Erlantz Lizundia dari University of the Basque Country.
Baca juga: Potensi Manfaat Mengonsumsi Kayu Manis untuk Pengobatan Diabetes