KOMPAS.com - Belakangan lini masa Instagram dipenuhi unggahan yang membahas tips dan trik membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina.
Sebuah video yang diunggah oleh akun @wargabahag*** menyinggung cara pengisian BBM dengan nominal tertentu dan ramai menuai respons publik.
Dalam unggahan tersebut, narator yang merupakan petugas Pertamina menyebut bahwa konsumen sebaiknya tidak membeli BBM dengan nominal bulat seperti Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, atau Rp 30 ribu.
Alasannya, jika jumlah pembelian sedikit dilebihkan, misalnya Rp 11 ribu atau Rp 12 ribu, volume BBM yang keluar bisa berbeda.
Baca juga: Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, BP AKR, dan Vivo yang Berlaku Mulai 1 September 2025
Meski disampaikan dengan nada bercanda, informasi itu justru memicu diskusi beragam di kalangan warganet.
Ada yang menilai ucapan tersebut masuk akal, karena secara logika jumlah BBM yang diterima memang akan berbeda mengikuti nilai rupiah yang dibayarkan.
"Ya emang beda lah, 10 dan 13 ribu," komentar akun @@suhai***.
Namun, sebagian lain justru menyoroti kemungkinan adanya praktik kecurangan dalam proses pengisian BBM, terutama terkait pengisian dengan tombol manual (tombol angka pengisian) dan otomatis (P1, P2, P3).
Diskusi pun semakin melebar, hingga menyinggung pengaturan tombol pada dispenser di SPBU Pertamina.
Baca juga: Resmi, Ini Harga BBM Pertamina per 1 September 2025
Dalam obrolan warganet, muncul anggapan bahwa penggunaan tombol otomatis yang dikenal sebagai P1, P2, dan P3 berpotensi dimanfaatkan untuk mengurangi volume BBM.
Tombol ini biasanya dipakai operator untuk mempercepat pengisian dengan nominal tertentu, seperti Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu.
“Kalau isi Rp 11 ribu misalnya, harus diinput manual. Nah, kecurangannya bisa muncul di tombol otomatis. Seharusnya Rp 10 ribu setara 1.000 ml, tapi kalau sudah di-setting, bisa saja yang keluar hanya 950 ml,” tulis salah satu komentar dari pengguna akun @a_a*** yang mendapatkan belasan ribu like.
Baca juga: Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Bisa Bikin Kerusakan Teknis Serius, Ini Penjelasan Pakar
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth Marchelino Verieza, menegaskan bahwa sistem tersebut dirancang untuk memastikan konsistensi volume yang diterima pelanggan.
“P1 sampai P3 adalah pengaturan kecepatan pada nozzle, bukan jumlah BBM. Jika antrean padat, operator bisa menggunakan P3 untuk mempercepat layanan. Tapi jumlah BBM yang keluar tetap sama karena SPBU melakukan tera dan pengetesan setiap hari,” jelas Roberth kepada Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Baca juga: Ramai soal Kecepatan Pengisian Nozzle Bisa Pengaruhi Takaran BBM, Ini Kata Pertamina
Menurutnya, volume BBM yang diterima konsumen murni tergantung pada nominal pembelian, bukan metode pengisian.