INDRAMAYU, KOMPAS.com - Tidak ada yang tahu kapan bencana akan datang. Namun, di balik setiap peristiwa, selalu ada pelajaran yang bisa diambil hikmahnya.
Di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, langkah besar diambil untuk upaya memberikan perlindungan keamanan yang lebih baik dengan menerapkan buffer zone atau batas aman Kilang Pertamina Balongan.
Lewat program ini, areal di sekitar Kilang Pertamina akan dibuat steril dari aktivitas warga. Jalan depan kilang akan ditutup secara permanen untuk umum.
Sebagai gantinya, akses menuju arah Cirebon bakal dialihkan melewati Jalan Raya Sukaurip-Sukareja.
Di balik penerapan buffer zone di Kilang Balongan ini, pada kenyataannya, bukan hanya sekadar soal keselamatan, melainkan juga membuka ruang harapan baru bagi warga sekitar untuk berkembang.
Pagi itu, udara terasa sangat dingin, Selasa (28/10/2025). Sejak dini hari hujan turun dengan deras, alih-alih berhenti, hujan masih saja turun menyisakan gerimis walau matahari sudah mulai beranjak naik.
Saat jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, saya menyalakan motor matic, tancap gas melaju di tengah jalanan yang becek dan gerimis.
Tujuan saya ke arah Kecamatan Balongan, tempat PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan berlokasi, jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Indramayu.
Begitu tiba di Perempatan Balongan, saya menuju Jalan Raya Sukaurip–Sukareja yang menjadi tahap awal rangkaian implementasi buffer zone di area Kilang Balongan.
Program ini merupakan bagian dalam menjamin keamanan serta memberikan perlindungan lebih baik kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Baca juga: Kabaya Pertamina, Jalan Kampung Nelayan Medan Menuju Kemandirian Ekonomi
Pada tahap awal, Pertamina melakukan peningkatan kualitas jalan serta memperlebarnya.
Pekerjaan ini membuat tampilan Jalan Sukaurip-Sukareja sekarang berubah drastis, menjadi lebih rapi, terang, dan nyaman dilalui.
Pohon-pohon yang dulu tumbuh tak beraturan di kiri dan kanan jalan juga sudah tidak ada, berganti dengan jalur yang bersih dan terbuka.
Jalan Sukaurip-Sukareja akhirnya juga punya markah jalan yang dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang juga turut dipasang.
Dari pantauan Kompas.com, lalu lintas di sana tampak hidup, meski cuaca sedang tidak bersahabat.
Beberapa pengendara terlihat memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, seolah tengah menikmati rasanya jalan baru yang mulus.
Deretan toko yang menjual beragam kebutuhan di kiri dan kanan jalan juga mulai buka, sebagiannya lagi tampak sudah disibukkan dengan pembeli yang datang.
Aktivitas lainnya juga terlihat di depan gerbang sekolah, seperti di depan SDN 1 dan 2 Sukaurip, para pedagang kaki lima sibuk menyiapkan dagangan mereka. Di sana juga terlihat beberapa orang tua yang tengah mengobrol sambil menunggui anak-anaknya di sekolah.
Ujung Jalan Raya Sukaurip-Sukareja ini akan terhubung ke Jalan Soekarno-Hatta yang nantinya bakal mengarah menuju Cirebon.
Tiba di wilayah Desa Sukareja, saya memutuskan berhenti sejenak di sebuah warung karena hujan gerimis yang turun justru makin deras.
Di sana, beberapa bapak-bapak tengah duduk menikmati kopi panas sambil menatap hujan, berharap agar cuaca segera berubah terang.
Dari arah obrolan mereka, bapak-bapak itu membahas soal jalanan desanya yang sekarang sudah mulus.
"Jalannya enak, baru, mulus, cuma paling itu mentang-mentang jalannya bagus terus lebar, suka ada saja anak muda yang ngebut," ujar Herman (55) pemilik warung kopi.
Rumor perihal pengalihan arus ke Jalan Sukaurip-Sukareja dan akan ditutupnya jalan depan kilang secara permanen pun rupanya bukan lagi rahasia umum.
Seluruh masyarakat mengetahui kabar itu, baik dari pihak Pertamina maupun pemerintah kecamatan rupanya masif melakukan sosialisasi sejak jauh-jauh hari.
"Cuma kalau kapan waktunya saya juga kurang tahu, tetapi memang benar nantinya jalan bakal dialihin ke sini," terang dia.