Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Peneliti: Pemicu Stroke Bisa dari Polusi Udara yang Setiap Hari Kita Hirup

Kompas.com - 19/04/2025, 22:28 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC, The Lancet

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko stroke yang umum diketahui.

Namun, selain itu tahukah kamu bahwa polusi udara juga bisa menjadi pemicu serangan stroke?

“Polusi udara mencakup semua asap, asap rokok, kendaraan, dan pabrik,” kata
Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi kepada Kompas.com pada Sabtu (19/4/2025).

Baca juga: Orang dengan Riwayat Stroke Tidak Minum Obat Hipertensi? Ini Kata Dokter…

Hubungan polusi udara dengan serangan stroke

Menurut penelitian Jamie I Verhoeven, MD., Youssra Allach, BSc., dkk., (2021) yang dipublikasikan di The Lancet Planetary Health, polusi udara merupakan faktor risiko baru untuk stroke.

Selama beberapa dekade terakhir, tingkat polusi udara terus meningkat dan sekarang diperkirakan bertanggung jawab atas 14 persen dari semua kematian terkait stroke.

Mengutip BBC, terdapat studi besar pada 2023 yang dipublikasikan di British Medical Journal juga menyatakan hal yang sama.

Studi itu dilakukan oleh para ilmuwan dari Edinburgh University yang meneliti hasil dari 94 studi sebelumnya dan mencakup 28 negara di seluruh dunia.

Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan polusi udara jangka pendek saja dikaitkan dengan peningkatan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena stroke dan kematian akibat stroke.

Baca juga: Mencegah Stroke Berulang, Apa yang Perlu Dilakukan? Ini 5 Caranya…

Para peneliti mengatakan bahwa efek polusi udara terhadap peningkatan risiko stroke paling kuat terdapat di negara berpendapatan rendah dan menengah, pada hari ketika orang-orang terpapar polusi tinggi.

Studi tersebut juga mengamati polutan yang bisa berperan meningkatkan risiko serangan stroke.

Ada polutan dari gas (seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan karbon monoksida) dan partikel (jelaga halus yang dikenal sebagai PM 2.5) yang ditemukan berperan.

"Studi ini sekarang menunjukkan bahwa paparan polusi udara dalam jangka pendek pun dapat memicu stroke yang melumpuhkan atau kematian akibat stroke,” ujar Dr Anoop Shah, penulis utama studi di British Medical Journal.

“Salah satu perbedaan utama antara risiko stroke akibat polusi udara dan faktor risiko lain, seperti merokok atau tekanan darah tinggi, adalah bahwa (polusi udara) seluruh populasi umum terpapar,” lanjutnya.

Namun, menurut Dr. Shamim Quadir dari Stroke Association, penelitian lebih banyak diperlukan untuk menentukan seberapa kuat hubungan polusi udara dengan risiko serangan stroke.

Baca juga: Belajar dari Tio Pakusadewo, Kenali Penyebab Stroke Berulang dan Pencegahannya

Bagaimana polusi udara memicu serangan stroke?

Santi mengatakan bahwa polusi udara bisa memicu stroke karena di dalamnya terdiri dari polutan berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer (PM 2,5).

“Agar mudah membayangkan, ukuran 2,5 mikrometer itu kurang lebih setara dengan 1/30 dari helai rambut manusia,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa partikel yang kecil tersebut dapat lolos dari halauan bulu hidung dan selaput lendir di saluran pernapasan.

Dengan begitu, ia menerangkan bahwa PM 2,5 bisa lolos masuk hingga ke dalam paru-paru, bahkan bisa saja menyelinap sampai ke dalam aliran darah.

Bersama dengan aliran darah, polusi udara yang berukuran sangat kecil bisa menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, termasuk yang menuju otak.

Seiring waktu, polutan berukuran mikro itu bisa menumpuk bersama zat lainnya dalam darah, hingga mengalami aterosklerosis (pembentuk plak).

Baca juga: Bisakah Serangan Stroke Berulang? Ini Penjelasannya...

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau