Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saraf Terjepit Tak Pandang Usia, Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 28/05/2025, 17:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang mengira saraf terjepit hanya menyerang pekerja berat atau atlet. Padahal, kondisi ini juga bisa dialami oleh mereka yang jarang bergerak, seperti orang yang kesehariannya hanya aktif scrolling media sosial.

"Semua orang punya risiko mengalami saraf terjepit, baik yang aktif bergerak maupun yang mageran. Sebab, kondisi ini tidak mengenal usia dan profesi," kata dr. Irca Ahyar Sp.N, DFIDN dari DRI Clinic, dalam keterangan yang diterima Kompas.com pada Selasa (27/5/2025).

Baca juga: Neurofibromatosis Tipe 1: Penyakit Bawaan yang Bisa Serang Saraf dan Organ Anak

Penyebab saraf terjepit, tidak terjadi seketika

Saraf terjepit terjadi karena adanya penyempitan pada ruas tulang belakang, yang menyebabkan saraf terjepit di antara struktur tulang.

Menurut Irca, ada dua penyebab utama kondisi ini: trauma akut dan proses degeneratif jangka panjang.

"Trauma bisa terjadi karena jatuh terduduk, kecelakaan, atau aktivitas olahraga yang berisiko tinggi. Sedangkan proses lama biasanya diawali dari kejadian masa kecil, seperti jatuh dari pohon, yang akhirnya berdampak saat dewasa," ujarnya.

Kebiasaan duduk lama di depan komputer atau bermain ponsel sambil tiduran juga bisa berdampak jika dilakukan dalam jangka panjang.

"Kalau dilakukan terus-menerus selama setahun misalnya, bisa memicu perubahan struktur tulang belakang, apalagi kalau sebelumnya pernah ada riwayat trauma," tambahnya.

Faktor genetik seperti skoliosis juga bisa menjadi penyebab tersembunyi. Sayangnya, hal ini sering luput dari perhatian karena tidak menimbulkan gejala berarti di awal.

Baca juga: 9 Penyebab Saraf Kejepit di Pinggang dan Cara Mengatasinya

Pegal yang tak biasa bisa jadi tanda awal

Gejala awal saraf terjepit sering kali muncul dalam bentuk pegal atau nyeri lokal, namun tidak bisa hilang dengan pijatan atau istirahat.

"Kalau pegalnya konsisten di area yang sama dan tidak membaik, sebaiknya segera periksa," kata Irca.

Ia menekankan pentingnya tidak menyepelekan pegal yang muncul berulang. Apalagi jika ada riwayat benturan, gejala akan lebih terasa seiring bertambahnya usia.

"Pada usia 45 tahun ke atas, benturan ringan sekalipun bisa menimbulkan nyeri signifikan karena otot sudah mulai melemah," jelasnya.

Baca juga: 8 Gejala dan Penyebab Saraf Kejepit pada Tangan yang Perlu Diwaspadai

Risiko kelumpuhan lokal jika dibiarkan

Saraf hanya bisa terjepit di sepanjang tulang belakang, karena di sana terdapat banyak cabang saraf dan bantalan di antara ruas tulang.

Ketika bantalan ini terdorong keluar akibat pergeseran, saraf bisa tertekan dan menimbulkan berbagai gejala.

"Jika dibiarkan, saraf yang terjepit bisa rusak dan mati. Akibatnya, bisa terjadi kelumpuhan lokal pada area yang dikendalikan oleh saraf tersebut," ungkapnya.

Contohnya, jika saraf di lumbar 3 (L3) terjepit dan rusak, otot paha bagian luar akan mengecil dan kehilangan fungsi. Tidak hanya pergerakan, kemampuan merasa pun bisa hilang.

"Kalau ada luka di kaki tapi tidak terasa sakit, itu berbahaya karena bisa menimbulkan infeksi tanpa disadari," katanya.

Baca juga: 8 Penyebab dan Cara Mengatasi Saraf Kejepit di Tangan

Proses pemulihan yang tidak instan

Saraf terjepit tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, dengan penanganan yang tepat, termasuk terapi dan latihan otot, pemulihan tetap memungkinkan.

"Proses regenerasi saraf itu lambat. Bahkan jika nyeri sudah hilang, terapi tetap harus dilanjutkan untuk memperbaiki sumber masalahnya, yaitu struktur tulang," kata dr. Irca.

Ia mengingatkan bahwa banyak pasien berhenti terapi karena merasa sudah sembuh, padahal proses perbaikan tulang masih berjalan.

"Kalau celah antar tulang belum kembali normal, saraf tetap bisa terjepit. Itu sebabnya nyeri bisa kembali," jelasnya.

Baca juga: 6 Cara Mengatasi Saraf Kejepit di Pinggul

Kenali kemampuan tubuh dan lakukan deteksi dini

Pencegahan saraf terjepit bisa dimulai dari mengenali kemampuan tubuh sendiri.

"Kita harus tahu seberapa kuat otot kita, dan apakah postur tubuh kita sudah benar saat melakukan aktivitas," kata Irca.

Jika otot tidak terlatih, jangan memaksakan diri mengangkat beban berat. Otot yang tegang akan terus mencengkeram tulang, hingga menyebabkan penyempitan celah antar tulang dan berujung pada saraf terjepit.

Ia juga menyarankan untuk rutin melakukan stretching dan skrining tulang belakang sejak remaja.

"Dengan skrining dini, kita bisa tahu apakah ada kelainan struktur sejak awal. Ini akan sangat membantu jika keluhan muncul di kemudian hari," tuturnya.

Saraf terjepit bukan penyakit sepele yang hanya menyerang kalangan tertentu. Mengenali gejalanya sejak dini dan memahami risikonya dapat membantu kita mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau