Tagar super trending soal kabur ini menarik. Yang dari dulu sudah saya anjurkan ke banyak pasien, terutama mereka yang sudah ‘keracunan’ banyak informasi sliweran berujung kerusuhan kesehatan mental.
Dunia hingar bingar sebenarnya terjadi di dunia maya, eskalasi kejadian sehari-hari yang diimbuhi aneka bumbu emosi dan akhirnya kembali ke dunia nyata, sebagai fakta yang meresahkan.
Mari kita mulai dari aneka informasi seputar ASI. Air susu ibu yang begitu sederhana dan natural bisa dipelintir sedemikian rupa, mulai dari aneka metode untuk membuatnya kental (dengan asumsi ASI bening dan encer tak berkualitas) dan berlimpah, hingga hujatan anak ASI rentan anemia dan kurang gizi besarnya nanti.
Baca juga: Makan Bergizi Gratis: Program Baru yang Terburu-buru?
Betapa bahayanya suatu pemahaman keliru yang (sengaja) dipelihara turun temurun, tanpa upaya masif untuk meluruskan fakta sesungguhnya.
Bahwa semua komponen ASI itu penting, termasuk yang larut dalam cairan ‘bening’nya, bukan hanya lemaknya.
Bahwa komposisi ASI ditentukan oleh kebutuhan bayi melalui umpan balik liur anak ke saluran susu ibu, bukan disesuaikan menurut kehendak si ibu.
Bahwa sekalipun zat besi dalam ASI relatif kecil, tapi cukup bagi bayi selama saat mengandung ibunya tidak anemia dan di saat anak memulai makanan pendamping ASI perlu mendapat bahan pangan kaya zat besi – bukan aneka produk kekinian di iklan.
Sudah saatnya kita terapkan #KaburAjaDulu dari kesesatan informasi dan tayangan-tayangan mengganggu dari para kreator konten yang miskin ilmu berbasis bukti atau hanya memamerkan hasil konsultasi pribadi dengan dokter di media sosial – yang kemudian memberi rasa ‘insecure’ masyarakat yang tidak mampu membayar konsultasi pribadi nan mahal.
Tak kurang mengerikannya, etika profesi dan batasan-batasan beriklan secara terselubung juga sudah merambah nakes.
Akibatnya, masyarakat merasa bersalah jika tidak membelikan anaknya ‘vitamin terbaik’ dan suplemen terkenal yang ‘membantu’ perkembangan otak, pertumbuhan tinggi badan hingga mencegah seringnya terjangkit sakit bulanan.
Awam tidak kritis memaknai kata ‘membantu’, ‘meningkatkan’, ‘mendorong’, ‘mendukung’, - jadi yang terbaca justru: vitamin anu menjadikan anaknya otomatis pintar dan tinggi serta jarang sakit.
Sampai ada kelompok masyarakat anti vaksin, yang begitu percaya dengan modal ASI dan konsumsi madu anaknya terbebas dari penyakit hingga dewasa.
Di sisi lain, kekhawatiran akan kecenderungan anak laki-laki menjadi ‘kebanci-ban
Bahkan konyolnya masih dipercaya tenaga kesehatan, yang semakin membuat situasi kisruh.
Sementara itu iklan perawatan kulit wajah merasuk hingga ke sekolah-sekolah. Dari sabun dan pembersih serta pelembab untuk belok ke kosmetik amatlah mudah.