Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Werdha Candratrilaksita
Civitas Academica

Penulis sedang menyelesaikan Disertasi pada Program Doktor Administrasi Publik Universitas Diponegoro.

IHSG Anjlok dan Rupiah Melemah: Mendorong Nasionalisme Investor Domestik

Kompas.com - 28/03/2025, 10:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT krisis moneter 1997-1998, pemerintah mengeluarkan himbauan dalam bentuk “Gerakan Cinta Rupiah”.

Pada saat itu, nilai rupiah terus tertekan terhadap dollar Amerika Serikat, dari sebelumnya Rp 2.450 per dollar AS pada Juni 1997 dan terus melemah hingga Rp 17.000 per dollar AS pada akhir 1997.

Hampir semua orang yang memiliki tabungan (saving) mengambil uang rupiahnya dan menukarkannya dengan dollar AS.

Pengambilan rupiah tunai dari bank terjadi secara besar-besaran (rush money), sehingga bank mengalami masalah likuiditas akut.

Sebagai penarik minat masyarakat untuk tetap menabung di bank domestik, perbankan mengeluarkan produk perbankan berupa tabungan dalam satuan dollar AS. Saat itu semua bank mempunyai produk tabungan dalam satuan dollar AS.

Indonesia ketika itu masih sangat tergantung dengan impor dan utang pemerintah dalam bentuk dollar AS, juga mendominasi komposisi utang pemerintah.

Neraca perdagangan pada posisi Desember 1997 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dollar AS. Defisit neraca perdagangan pada 1997 ditekan oleh tingginya impor dan menurunnya ekspor sebagai dampak penurunan produksi nasional (resesi).

Baca juga: Ironi Dirjen Pajak Suryo Utomo: Triple Job Saat Penerimaan Pajak Jeblok

Utang pemerintah mencapai 61,74 persen dari produk domestik bruto (PDB) yang hampir seluruhnya dalam bentuk pinjaman luar negeri dengan satuan dollar AS.

Pinjaman luar negeri di saat dollar AS menguat dan rupiah tertekan, semakin memperburuk posisi fiskal pemerintah.

Bandingkan dengan posisi utang pemerintah per November 2024 yang hanya sebesar 39,2 persen dari PDB dan mayoritas berupa utang SBN domestik dalam satuan rupiah.

Tahun 2024, neraca perdagangan ditutup pada posisi surplus sebesar 31,04 miliar dollar AS. Kondisi fiskal masih optimistis menghadapi kondisi geopolitik yang cukup menantang di tengah-tengah kebijakan proteksi pada hampir semua negara dan godaan menggiurkan bagi investor dengan adanya tingginya suku bunga The Fed dan indeks saham Amerika Serikat yang meningkat.

Permasalahan saat ini hanyalah ketidakpercayaan investor asing di bursa saham, di mana investor merespons kebijakan pemerintah Prabowo Subianto dengan sentimen negatif.

Investor ramai-ramai menjual sahamnya di Indonesia, dan membeli saham di negara lain khususnya Amerika Serikat.

Hal itu terlihat dengan indikasi menghijaunya saham-saham di bursa saham Amerika Serikat pasca-Trading Halt Bursa Efek Indonesia pada 18 Maret 2025.

Pada 24 Maret 2025, indeks S&P 500 meningkat 1,76 persen, Nasdaq Composite Index meningkat 2,27 persen, dan Dow Jones meningkat 1,42 persen.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau