Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Aliman Shahmi
Dosen

Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar

Resiliensi di Tengah Ancaman Resesi

Kompas.com - 29/03/2025, 16:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI TENGAH wacana optimisme pemerintah terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025, publik tak bisa menutup mata terhadap serangkaian indikator yang menyiratkan kekhawatiran mendalam.

Pertumbuhan global melambat, tensi geopolitik terus menguat, dan tekanan terhadap rupiah yang kian terasa akibat kebijakan suku bunga tinggi dari Amerika Serikat.

Meski dalam berbagai forum, Indonesia dipuji sebagai negara dengan fondasi ekonomi yang relatif kuat, pertanyaan kritis adalah: sekuat apakah resiliensi kita jika badai resesi benar-benar datang?

Apakah fondasi tersebut betul-betul dalam atau hanya lapisan retoris yang mudah runtuh saat tekanan eksternal dan internal bersatu?

Fakta-fakta di lapangan menunjukkan paradoks yang mengkhawatirkan. Di satu sisi, angka makroekonomi seperti cadangan devisa, tingkat inflasi, dan stabilitas fiskal tampak menjanjikan.

Namun di sisi lain, tingkat pengangguran terselubung, kerapuhan sektor informal, dan ketimpangan akses terhadap sistem keuangan mengungkapkan kerentanan yang sistemik.

Baca juga: Mas Elon, Tesla, dan BYD

Terlebih, keberlanjutan pemulihan pasca-pandemi masih bersifat eksklusif, dinikmati oleh sektor-sektor tertentu, sementara sebagian besar pelaku UMKM masih berjibaku dengan pemodalan terbatas, digitalisasi yang setengah jalan, dan daya beli konsumen yang tak kunjung pulih sepenuhnya.

Tahun 2025 akan menjadi tahun krusial: dimulainya pemerintahan baru di bawah Prabowo-Gibran, tantangan fiskal akibat belanja besar dalam kampanye IKN dan program populis, serta ekspektasi masyarakat terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen seperti yang dicanangkan.

Dalam konteks ini, kita harus lebih jujur dan terbuka membaca ulang konsep resiliensi. Tidak sekadar sebagai jargon pembangunan, tapi sebagai instrumen kritis untuk menakar kesiapan struktural dan institusional kita menghadapi ancaman resesi global yang tak lagi bersifat hipotesis, melainkan probabilitas tinggi.

Resiliensi: Antara data makro dan realitas mikro

Dalam berbagai laporan resmi, Indonesia kerap disebut memiliki "fundamental ekonomi yang kuat". Cadangan devisa di atas 130 miliar dollar AS, inflasi relatif terkendali, serta rasio utang terhadap PDB yang masih dalam batas aman kerap dijadikan tolok ukur.

Namun, indikator-indikator tersebut lebih mencerminkan kondisi stabilitas makro ketimbang gambaran menyeluruh tentang kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Di sisi lain, sektor konsumsi rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap PDB justru menunjukkan gejala stagnasi.

Daya beli masyarakat melemah, beban utang rumah tangga meningkat, dan pertumbuhan pendapatan riil tertinggal jauh di belakang laju inflasi kebutuhan pokok, termasuk pangan, pendidikan, dan perumahan.

Kondisi tersebut diperparah dominasi struktur tenaga kerja informal dalam perekonomian nasional.

Baca juga: Sekolah Rakyat, Sekolah Unggulan, dan Sekolah Negeri yang Terancam Tutup

Data BPS tahun 2024 mengungkap bahwa sekitar 59 persen angkatan kerja masih bergantung pada sektor informal—tanpa kepastian pendapatan, tanpa perlindungan sosial, dan tanpa akses terhadap layanan ketenagakerjaan formal.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau