Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Steph Subanidja
Dosen

Guru Besar Ilmu Manajemen, Dosen Program Studi Doktor Manajemen Berkelanjutan, Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Perbanas

Menyoal Keran Impor Tanpa Kuota

Kompas.com - 11/04/2025, 05:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH kembali menggulirkan wacana yang cukup berani: membuka keran impor tanpa kuota, terutama untuk barang-barang vital seperti pangan, energi, dan bahan baku industri.

Hal ini disampaikan langsung Presiden Prabowo Subianto dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Presiden menekankan pentingnya menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil, menghapus praktik monopoli, dan membuka akses lebih luas bagi pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam proses impor.

Langkah ini bisa jadi merupakan upaya untuk mendorong efisiensi pasar dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Namun, apakah kebijakan ini merupakan jalan keluar yang tepat atau justru langkah yang berisiko bagi perekonomian nasional?

Baca juga: Impor untuk Siapa?

Antara idealisme pasar dan realitas industri

Kebijakan penghapusan kuota impor merupakan bagian dari semangat deregulasi untuk memperlancar arus barang. Idealnya, barang masuk lebih cepat, harga menjadi lebih kompetitif, dan konsumen diuntungkan.

Pemerintah menilai bahwa sistem kuota selama ini tidak hanya tidak efisien, tetapi juga rentan disalahgunakan.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam berbagai putusannya menyoroti praktik persekongkolan dalam distribusi kuota yang merugikan konsumen dan pelaku usaha kecil.

Namun realitasnya, sistem ekonomi Indonesia belum sepenuhnya siap menerima liberalisasi penuh tanpa risiko.

Banyak industri—terutama sektor UMKM dan pertanian—belum memiliki daya saing memadai untuk menghadapi banjir produk impor, terutama dari negara-negara dengan efisiensi produksi tinggi seperti China, Vietnam, atau India.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Desember 2024 mencapai 21,22 miliar dollar AS, tumbuh 11,07 persen secara tahunan. Sementara ekspor tercatat sebesar 23,46 miliar dollar AS.

Meski menghasilkan surplus sebesar 2,24 miliar dollar AS, angka ini turun signifikan dibandingkan November 2024 yang mencatat surplus 4,37 miliar dollar AS. Artinya, aktivitas impor meningkat lebih cepat daripada ekspor.

Baca juga: Saatnya Indonesia Tiru Trump: Industri Kuat, Pekerja Berdaulat

Peningkatan impor tanpa kontrol dapat memperbesar tekanan terhadap neraca perdagangan. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berdampak pada nilai tukar rupiah dan stabilitas makroekonomi.

Dampak penghapusan kuota impor

Penghapusan kuota impor berpotensi memberikan sejumlah dampak positif bagi perekonomian nasional.

Dengan dibukanya keran impor tanpa batas kuota, pasokan barang di pasar domestik dapat meningkat secara signifikan, yang pada gilirannya dapat menurunkan harga dan memberikan keuntungan bagi konsumen.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau