Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Sadikin
Akuntan

Dikdik Sadikin adalah seorang auditor berpengalaman yang saat ini bertugas di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), berperan sebagai quality assurer dalam pengawasan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Memiliki minat mendalam terhadap kebijakan publik, Dikdik fokus pada isu-isu transparansi, integritas, serta reformasi pendidikan dan tata kelola pemerintahan. Dikdik telah menulis sejak masa SMP (1977), dengan karya pertama yang dimuat di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan opini karyanya telah dipublikasikan di media massa, termasuk di tabloid Kontan dan Kompas. Dua artikel yang mencolok antara lain "Soekarno, Mahathir dan Megawati" (3 November 2003) serta "Jumlah Kursi Menteri dan Politik Imbalan" (9 Oktober 2024). Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi dan pemimpin umum majalah Warta Pengawasan selama periode 1999 hingga 2002, serta merupakan anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik dari Universitas Gadjah Mada (lulus 2006).

Utang Negara DSR 45 Persen: Membuat Jalan atau Liang?

Kompas.com - 11/04/2025, 13:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AWAL 2025, Indonesia mencatat Debt Service Ratio (DSR) sebesar 45 persen. Artinya, hampir separuh penerimaan negara digunakan untuk membayar pokok dan bunga utang (Kemenkeu, 2 Januari 2025).

Ini melampaui batas aman 30 persen yang disarankan Bank Indonesia, menandakan beban fiskal yang kian berat.

DSR bukan sekadar angka. Ia mencerminkan beban fiskal yang memberat dan ruang pembangunan yang menyempit.

Dalam situasi ideal, pembayaran utang harus proporsional agar negara tetap bisa berinvestasi di pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Namun jika 45 persen dana negara habis untuk utang, apa yang tersisa untuk rakyat?

Baca juga: Menyoal Keran Impor Tanpa Kuota

Untuk apa utang itu?

APBN 2025 menetapkan belanja negara sebesar Rp 3.621,3 triliun, dengan pendapatan negara Rp 3.005,1 triliun, menghasilkan defisit Rp 616,2 triliun atau 2,53 persen dari PDB (Nota Keuangan APBN 2025, 25 September 2024).

Belanja non-K/L mencapai Rp1.541,4 triliun, menandakan porsi besar belanja pada pos-pos rutin (Kemenkeu.go.id, 2 Oktober 2024).

Dengan DSR sebesar itu, ruang fiskal untuk utang baru semakin sempit. Investor pun bisa ragu membeli surat utang pemerintah.

Namun, masalah utama bukan besar kecilnya utang, tapi untuk apa dan bagaimana utang itu digunakan. Jika hanya untuk menutup defisit, membayar gaji, dan menopang belanja rutin, berarti negara sedang menukar masa depan demi kenyamanan sesaat.

Laporan Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa belanja pegawai dan barang masih mendominasi. Sementara itu, belanja modal stagnan dan transfer ke daerah kerap tertunda, yang mengganggu pembangunan dan layanan dasar (APBN Kita, Edisi Februari 2025).

Baca juga: Aplikasi Game Theory dalam Permainan Trump

Sebaliknya, utang bisa bermanfaat jika digunakan untuk memperluas kapasitas produksi nasional, membangun kawasan industri, logistik, atau memperkuat ketahanan pangan. Di sini, utang bisa memicu multiplier effect dan pertumbuhan inklusif.

Guncangan global

Masalah ini diperparah lagi dengan kebijakan tarif impor AS di bawah Presiden Donald Trump, yang kembali memberlakukan tarif tambahan 15–20 persen terhadap produk Indonesia per 1 Januari 2025 (Reuters, 2 Januari 2025).

Komoditas seperti tekstil dan agribisnis terkena dampaknya. Surplus perdagangan yang selama ini menopang cadangan devisa dan memperkuat nilai tukar, terancam mengecil.

Akibatnya, nilai rupiah kembali melemah ke kisaran Rp 17.000 per dollar AS. Dengan sebagian besar utang dalam denominasi dollar AS, tekanan fiskal meningkat tajam.

Negara seperti Sri Lanka, Ghana, dan Zambia menjadi pelajaran: terlalu bergantung pada utang tanpa dasar ekonomi kuat hanya mempercepat krisis (IMF Country Reports, 2022–2024). Mereka harus menempuh jalan pahit: penjadwalan utang dan reformasi paksa.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau