Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Widodo Setiadarmaji
Tenaga Ahli Industri

Pemerhati Industri Baja dan Pertambangan

Tarif Trump: Tantangan dan Peluang Baru bagi Industri Baja Indonesia

Kompas.com - 14/04/2025, 14:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDUSTRI baja dunia tengah berada dalam tekanan berat akibat ketidakseimbangan struktural antara kapasitas dan permintaan.

Data OECD tahun 2024 mencatat kapasitas produksi baja global mencapai 2.432 juta ton pada 2023, sementara produksi aktual hanya 1.889 juta ton.

Kelebihan kapasitas sebesar 543 juta ton ini sebagian besar bersumber dari China, yang terus mendorong ekspor produk bajanya untuk mengatasi kelebihan kapasitas, melemahnya permintaan dalam negeri, dan menjaga keberlangsungan industri.

Banyak ekspor dilakukan melalui praktik perdagangan tidak adil seperti dumping, subsidi ekspor, hingga penghindaran bea masuk melalui praktik circumvention.

Indonesia menjadi salah satu pasar utama yang menerima limpahan ekspor baja murah karena masih lemahnya sistem perlindungan perdagangan dalam bentuk bea masuk antidumping, antisubsidi dan tindakan pengamanan.

Saat ini, Indonesia hanya memiliki lima instrumen pengamanan perdagangan aktif untuk baja, jauh tertinggal dibanding Amerika Serikat (321), Kanada (115), atau Uni Eropa (100).

Baca juga: Trump Hidupkan Neoimperialisme

Akibatnya, sejak kebijakan tarif baja AS diberlakukan pada 2018, impor baja dari China ke Indonesia melonjak tajam dari sekitar 2 juta ton menjadi lebih dari 6 juta ton pada 2024.

Utilisasi kapasitas industri baja nasional sangat rendah hanya 50–60 persen pada beberapa segmen, jauh di bawah tingkat ideal untuk operasi efisien.

Pada 2 April 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan baru bertajuk “Liberation Day Tariffs” yang menetapkan tarif resiprokal terhadap seluruh negara dan jenis produk, termasuk baja.

Tidak seperti kebijakan tarif 2018, yang masih memberi pengecualian kepada negara sekutu, kebijakan ini menyasar semua negara tanpa terkecuali.

Negara eksportir besar produk baja seperti Kanada, Brasil, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan lainnya kehilangan akses ke pasar AS yang mencapai 26 juta ton baja (2024), dan kini akan mengalihkan ekspor mereka ke pasar-pasar lain — termasuk Indonesia.

Kebijakan tarif AS telah memicu gelombang respons proteksionisme global. Pemerintah China telah mengenakan tarif balasan sebesar 125 persen.

Uni Eropa berencana membalas dengan tarif 25 persen, sementara Kanada turut menerapkan langkah proteksi.

Kondisi ini semakin memperparah persaingan pasar baja global mengingat beberapa negara sesungguhnya telah menerapkan proteksi atas produk baja dari China sebelum pemberlakuan tarif baru AS.

Efek dominonya jelas: tidak hanya pasar AS, pasar global makin tertutup, sementara ekspor akan dialihkan ke negara-negara dengan sistem perlindungan lemah. Indonesia, dengan minimnya tindakan pengamanan atas produk baja, berada dalam posisi sangat rentan.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau