Oleh: Frangky Selamat*
KERIUHAN respons banyak pihak akibat pengenaan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump ke lebih dari 60 negara, mendorong sejumlah dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk mempelajari kembali teori perdagangan internasional dalam ilmu makroekonomi.
Walau banyak pengamat ekonomi mengingatkan bahwa kebijakan Trump lebih bernuansa politis, ketimbang logika ekonomi sehingga tidak bisa dijelaskan dengan teori ekonomi, tapi tidak ada salahnya membuka kembali buku teks makroekonomi.
Salah satu buku teks yang dapat digunakan sebagai acuan berjudul Macroeconomics edisi pertama tahun 2015, dari Daron Acemoglu, David Laibson dan John A. List.
Daron Acemoglu adalah salah satu penerima Nobel Ilmu Ekonomi 2024 bersama Simon Johnson dan James Robinson.
Menurut Acemoglu dkk (2015), perdagangan internasional antara dua negara (bilateral) terjadi karena terdapat perbedaan di dalam keunggulan komparatif (comparative advantage).
Seorang produsen memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan barang atau jasa ketika memiliki biaya oportunitas per unit yang lebih rendah dibandingkan produsen lain.
Penjelasannya seperti ini. Anggaplah terdapat dua negara A dan B. Pekerja di negara A memiliki produktivitas dalam perakitan ponsel sebanyak 10.000 ponsel/tahun dan penelitian dan pengembangan sebanyak 5 inovasi/tahun.
Baca juga: Populisme Dagang Donald Trump: Its (not) Economy, Stupid!
Sementara pekerja negara B, produktivitas perakitan ponsel sebanyak 2.000 ponsel/tahun dan penelitian dan pengembangan sebanyak 2 inovasi/tahun.
Biaya oportunitas riset dan pengembangan negara A adalah 2.000 ponsel/tahun (10.000:5=2.000), sementara negara B adalah 1.000 ponsel/tahun (2.000:2=1.000).
Artinya adalah, jika negara A fokus pada riset dan pengembangan, bukan perakitan, maka “mengorbankan” perakitan sebanyak 2.000 ponsel/tahun. Sementara negara B “mengorbankan” 1.000 ponsel/tahun.
Jika ditinjau dari biaya oportunitas perakitan, maka biaya oportunitas negara A adalah 1/2.000 (5:10.000=1/2.000) dan negara B adalah 1/1.000 (2:2.000=1/1.000).
Dengan demikian, jika kedua negara sepakat melakukan perdagangan internasional, maka negara A fokus pada perakitan, dan negara B pada riset dan pengembangan, karena biaya oportunitas perakitan negara A lebih efisien daripada negara B. Demikian pula biaya riset dan pengembangan negara B lebih efisien daripada negara A.
Penjelasan ini bisa memberikan gambaran mengapa dua negara sepakat melakukan perdagangan internasional, karena kedua negara yang terlibat fokus pada keunggulan komparatif masing-masing.
Maka tak heran jika iPod yang merupakan subbrand dari Apple, memiliki beberapa komponen utama, yaitu hard drive untuk memuat lagu, video dan foto, diproduksi di Jepang, dan memory card diproduksi di Korea Selatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya