Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Widodo Setiadarmaji
Tenaga Ahli Industri

Pemerhati Industri Baja dan Pertambangan

Menapak Jejak Vietnam, Membangun Kembali Industri Indonesia (Bagian I)

Kompas.com - 20/04/2025, 08:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 2 April 2025, Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kembali memberlakukan tarif impor secara luas terhadap produk manufaktur dari hampir seluruh negara.

Vietnam termasuk yang paling terdampak, dengan tarif resiprokal tertinggi sebesar 64 persen, akibat defisit perdagangan bilateral yang besar—mencapai 123,5 miliar dollar AS pada 2024—dan posisinya sebagai eksportir manufaktur utama ke pasar AS.

Perbedaan tarif dan defisit neraca perdagangan ini menjadi indikator ketimpangan struktur industri antakedua negara, yang juga terlihat dari disparitas volume ekspor manufakturnya.

Data U.S. Census Bureau (2024) menunjukkan bahwa nilai ekspor manufaktur Vietnam ke Amerika Serikat mencapai 136,6 miliar dollar AS, hampir lima kali lipat lebih besar dibandingkan ekspor Indonesia ke pasar yang sama sebesar 28,1 miliar dollar AS.

Padahal pada awal 2000-an, Indonesia sempat lebih unggul dalam ekspor produk manufaktur seperti tekstil, furnitur, dan alas kaki ke pasar Amerika (US Census Bureau, 2022).

Keunggulan Vietnam atas Indonesia tidak hanya terjadi di pasar AS, tetapi juga terlihat secara global.

Baca juga: Vietnam Bergerak Lebih Cepat

Total ekspor Vietnam pada 2024 mencapai 405,53 miliar dollar AS, jauh melampaui Indonesia yang hanya mencatat ekspor sebesar 264,70 miliar dollar AS (GSO Vietnam, BPS, 2024).

Namun, lebih dari sekadar selisih nilai, perbedaan paling mencolok terletak pada struktur ekspor kedua negara.

Ekspor Vietnam didominasi produk manufaktur, yang menyumbang lebih dari 90 persen dari total ekspor nasional mereka (GSO Vietnam, 2024).

Sebaliknya, struktur ekspor Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku mentah dan produk olahan primer berbasis sumber daya alam yang diperkirakan mencapai sekitar 62–65 persen dari total ekspor nasional (BPS, 2024).

Fakta ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah menjalankan kebijakan hilirisasi selama lebih dari satu dekade, perekonomian nasional belum sepenuhnya bertransformasi menuju basis manufaktur yang kuat dan berdaya saing global—seperti yang telah dicapai Vietnam.

Situasi ini memunculkan pertanyaan strategis: mengapa Vietnam dapat melesat dalam industrialisasi tanpa berbasis sumber daya alam, sementara Indonesia yang telah memanfaatkan sumber daya alam melalui kebijakan hilirisasi malah tertinggal?

Jawabannya terletak pada perbedaan mendasar dalam orientasi dan strategi.

Hilirisasi memang penting, tetapi hanya akan berdampak jika menjadi bagian dari industrialisasi menyeluruh—yang mencakup produktivitas tenaga kerja, keterhubungan logistik, insentif investasi, serta integrasi dalam rantai pasok global. Vietnam unggul dalam seluruh aspek tersebut.

Sejarah Industrialisasi Indonesia

Indonesia sebenarnya bukan tanpa sejarah industrialisasi. Di era Orde Baru, strategi substitusi impor dijalankan melalui pembangunan industri strategis nasional di sektor minyak dan gas, petrokimia, baja dan logam dasar, otomotif, serta tekstil—yang menjadi pilar utama manufaktur nasional pada saat itu.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau