Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Steph Subanidja
Dosen

Guru Besar Ilmu Manajemen, Dosen Program Studi Doktor Manajemen Berkelanjutan, Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Perbanas

Pertumbuhan Ekonomi 4,87 Persen: Cukupkah untuk Indonesia Emas?

Kompas.com - 09/05/2025, 08:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENTERI Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Mei 2025 menyatakan, “Ekonomi Indonesia tetap tangguh di tengah tekanan global yang luar biasa. Kita memang tidak tumbuh setinggi harapan, tetapi fondasi kita jauh lebih kuat dibanding masa-masa krisis sebelumnya.”

Pernyataan ini merespons data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 sebesar 4,87 persen (yoy).

Sekilas, angka ini masih menunjukkan kinerja positif dan jauh dari kontraksi. Namun, bila dibandingkan dengan capaian kuartal I 2024 yang sebesar 5,03 persen, terlihat ada tren perlambatan.

Di tengah situasi global yang tidak stabil dan perlambatan perdagangan internasional, ini bisa dipahami. Namun, apakah cukup?

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 sebesar 5,3 persen, sebagaimana tercantum dalam asumsi makro APBN.

Capaian 4,87 persen berarti kita perlu mengejar defisit pertumbuhan hampir setengah poin persentase dalam tiga kuartal tersisa. Ini bukan perkara ringan, apalagi jika tren konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor belum menunjukkan akselerasi berarti.

Baca juga: Pertumbuhan 4,87 Persen Kuartal I-2025: Sinyal Retaknya Fondasi Ekonomi Nasional

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menambahkan pada forum ekonomi Mei 2025: “Stabilitas harga dan nilai tukar harus kita jaga, tapi pertumbuhan tidak boleh dikorbankan. Dukungan fiskal dan stimulus kredit perlu diperkuat agar momentum tidak hilang.”

Lebih dari sekadar stabilitas

Indonesia telah memancang visi menjadi negara maju pada 2045, bertepatan dengan usia 100 tahun kemerdekaan.

Agar itu tercapai, menurut perhitungan Kementerian PPN/Bappenas dan Bank Dunia, Indonesia harus menjaga pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen per tahun selama dua dekade ke depan.

Dengan asumsi pertumbuhan hanya 4,87 persen, kita jelas berada di bawah jalur optimal menuju Indonesia Emas.

Studi Bank Dunia (2023) menyebutkan bahwa middle-income trap menghantui negara-negara berkembang yang gagal mentransformasi struktur ekonominya. Artinya, tanpa inovasi, efisiensi, dan reformasi struktural, pertumbuhan lambat akan menjadi permanen.

Untuk mempercepat pertumbuhan, ada beberapa langkah strategis, yaitu realisasi belanja negara yang lebih cepat dan tepat sasaran, mendorong investasi produktif, transformasi energi dan ekonomi hijau, penghiliran industri dan digitalisasi UMKM, dan penguatan SDM dan riset.

Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Rakornas Pembangunan menegaskan: “Visi 2045 tidak akan terjadi otomatis. Tanpa reformasi struktural dan arah pembangunan yang jelas, kita hanya akan bertahan sebagai negara berkembang.”

Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada pada jalur positif dan mendekati target 5,2 persen di tahun 2025, pemerintah menetapkan sejumlah indikator ekonomi makro sebagai prioritas.

Setiap indikator ini bukan sekadar angka, melainkan cermin dari arah kebijakan strategis dan kualitas pembangunan yang hendak dicapai.

Baca juga: Kemiskinan 60 Persen di Tengah Penguasaan Tanah 60 Keluarga

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau