Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Nur Rianto
Dosen dan Peneliti

Al Arif merupakan dosen dan peneliti di UIN Syarif Hidayatullah dan CSEAS Indonesia

Menghindari PHK Massal

Kompas.com - 14/05/2025, 14:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEPANJANG 2024 hingga awal 2025, badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus menghantui perekonomian Indonesia.

Sejumlah perusahaan di sektor teknologi, manufaktur, dan tekstil telah melakukan pemangkasan besar-besaran akibat tekanan ekonomi global, pelemahan permintaan, serta disrupsi digital yang belum diantisipasi secara matang.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius, tidak hanya bagi para pekerja yang terancam kehilangan mata pencaharian, tetapi juga bagi stabilitas sosial ekonomi nasional.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, sepanjang 2024, lebih dari 150.000 pekerja terkena PHK. Sedangkan sejak awal tahun hingga Maret 2025, sudah terdapat 73.000 pekerja yang terkena PHK.

Angka tersebut diprediksi meningkat jika tidak ada intervensi kebijakan yang tepat.

Dalam situasi ini, pemerintah dan sektor swasta dituntut tidak hanya bersikap reaktif, tetapi juga mengembangkan strategi preventif untuk menjaga keberlangsungan pekerjaan dan produktivitas nasional.

Baca juga: Danantara Sebaiknya Tak Berinvestasi Bitcoin

PHK massal bukan peristiwa tunggal yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari kombinasi berbagai faktor struktural, konjungtural, dan teknologi. Ada sejumlah penyebab utama, antara lain:

Pertama, kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Ketegangan geopolitik, krisis energi, hingga dampak lanjutan pandemi COVID-19 menyebabkan pelemahan daya beli global.

Kedua, disrupsi digital dan otomatisasi. Banyak perusahaan beralih ke teknologi untuk efisiensi, yang mengakibatkan pengurangan tenaga kerja manual.

Ketiga, ketergantungan pada industri padat karya. Sektor seperti tekstil dan sepatu, yang sangat tergantung pada pasar ekspor dan biaya tenaga kerja murah, sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi.

Keempat, kurangnya reskilling dan upskilling. Tenaga kerja yang tidak dibekali keterampilan baru menjadi kelompok paling rentan terhadap PHK.

Kelima, iklim investasi Indonesia yang masih belum mendukung. Beberapa kasus seperti birokrasi berbelit dan gangguan ormas menyebabkan banyaknya investor yang memindahkan basis produksinya ke negara tetangga.

Pemerintah Indonesia telah menyadari bahwa solusi jangka pendek seperti bansos atau jaring pengaman sosial tidak cukup untuk mengatasi krisis PHK. Oleh karena itu, pemerintah perlu melaksanakan berbagai strategi untuk mengatasinya.

Pertama, program reskilling dan upskilling nasional. Melalui Kartu Prakerja dan program pelatihan vokasi, pemerintah berupaya membekali tenaga kerja dengan keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan industri digital dan hijau.

Tantangannya adalah menjamin kualitas pelatihan dan keterhubungannya dengan pasar kerja riil.

Baca juga: Antara Mak Siti Pencuri Bawang dan Koruptor

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau