Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ingin AS Produksi Tank dan Chip, Bukan Kaus dan Sepatu

Kompas.com - 26/05/2025, 13:22 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa kebijakan tarifnya tidak bertujuan menyelamatkan industri pakaian dan alas kaki.

Fokus utama pemerintahannya mendorong produksi dalam negeri di sektor teknologi dan pertahanan.

Ia juga menyatakan setuju dengan pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent soal AS tidak perlu bergantung dengan industri tekstil yang sedang berkembang pesat.

Ucapan itu menuai kritik dari Dewan Nasional Organisasi Tekstil AS.

“Kami tidak ingin membuat sepatu kets dan kaus oblong. Kami ingin membuat peralatan militer. Kami ingin membuat hal-hal besar. Kami ingin membuat, melakukan hal-hal yang berkaitan dengan AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan),” kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Bandara Morristown, New Jersey, Minggu (19/5/2025), sebelum menaiki Air Force One, dilansir dari Reuters.

“Sejujurnya, saya tidak ingin membuat kaus oblong. Saya tidak ingin membuat kaus kaki. Kami dapat melakukannya dengan sangat baik di lokasi lain. Kami ingin membuat chip dan komputer dan banyak hal lainnya, serta tank dan kapal,” lanjutnya.

Baca juga: Ancaman Tarif Trump ke Uni Eropa Bakal Ganggu Rantai Pasok, Ekspor Indonesia Bakal Kena Getah?

Pernyataan itu langsung mendapat tanggapan dari pelaku industri. Presiden American Apparel & Footwear Association (AAPA) Steve Lamar menilai kebijakan tarif justru membebani industri pakaian dan sepatu. Apalagi, 97 persen produk di sektor ini berasal dari impor.

“Dengan 97 persen pakaian dan sepatu yang kita kenakan diimpor, dan industri ini sudah dikenakan tarif tertinggi di AS, kita seharusnya mencari solusi yang masuk akal,” kata Lamar.

“Lebih banyak tarif hanya akan berarti biaya input yang lebih tinggi bagi produsen AS dan harga yang lebih tinggi yang akan merugikan konsumen berpenghasilan rendah,” lanjutnya.

Trump memang dikenal mendorong kebijakan proteksionis sejak pertama kali menjabat. Ia beberapa kali memberlakukan tarif tinggi atas barang impor, terutama dari China dan Eropa.

Pekan lalu, ia kembali mengancam menerapkan tarif 50 persen atas barang-barang dari Uni Eropa mulai 1 Juni. Ia juga memperingatkan Apple terkait potensi tarif 25 persen untuk setiap iPhone impor yang dijual di AS.

Baca juga: Rupiah Menguat Setelah Dollar Melemah karena Ulah Trump

Namun, ancaman itu sedikit mereda. Trump memutuskan memperpanjang tenggat hingga 9 Juli guna memberi ruang negosiasi antara Washington dan Uni Eropa.

Trump pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2016, lalu kembali menang dalam pemilu 2024. Dukungan terbesarnya datang dari pemilih kelas pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat relokasi industri ke luar negeri.

Untuk memenuhi janji kampanye, ia mendorong tarif tinggi agar pabrik-pabrik kembali dibangun di AS.

Meski begitu, perekonomian negara itu tetap bergantung pada rantai pasok global. Banyak produk, termasuk tekstil dan komponen elektronik, masih diproduksi di luar negeri karena ongkos produksinya lebih murah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Industri
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Ekbis
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Cuan
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Energi
Laba Bersih DATA  Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Laba Bersih DATA Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Cuan
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Cuan
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Keuangan
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Keuangan
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Ekbis
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
Ekbis
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau