KOMPAS.com - Warren Buffett, investor legendaris yang dijuluki Oracle of Omaha, mulai membangun kekayaannya sejak usia 20-an. Ia tidak mengandalkan gaji tinggi atau keberuntungan, melainkan kebiasaan keuangan yang disiplin dan bisa ditiru siapa saja.
Kini, dengan kekayaan bersih lebih dari 146 miliar dollar AS, Warren Buffett menjadi contoh nyata bagaimana konsistensi dan kecerdasan finansial mampu melipatgandakan harta dalam jangka panjang.
Filosofi Warren Buffet sederhana, kekayaan lahir dari keputusan yang tepat, bukan dari pendapatan besar semata.
Baca juga: 5 Sumber Passive Income Terbaik Menurut Warren Buffett
Menurut Buffet, perbedaan utama antara orang yang berhasil mengumpulkan aset dan mereka yang terus kesulitan bukan terletak pada seberapa banyak uang yang dihasilkan.
Faktor penentunya adalah pola pikir dan cara mengelola uang, karena perilaku finansial yang berbeda akan menghasilkan hasil yang sangat berbeda pula.
Meski berpenghasilan cukup besar, banyak orang tetap terjebak dalam masalah keuangan karena kebiasaan yang keliru.
Dilansir dari New Trader U, Warren Buffett menilai, ada lima pola umum yang membuat seseorang sulit membangun kekayaan meski sudah bekerja keras.
Baca juga: 10 Prinsip Hidup yang Diwariskan Warren Buffett untuk Usia 40 Tahun, Apa Saja?
Utang kartu kredit atau cicilan dengan bunga tinggi membuat penghasilan habis untuk membayar kewajiban.
Situasi ini menutup peluang menambah aset karena uang justru mengalir keluar lebih cepat daripada masuk.
Lotere, judi, hingga spekulasi aset berisiko sering kali dianggap jalan pintas untuk menjadi kaya.
Faktanya, cara ini lebih banyak merugikan ketimbang memberi keuntungan, karena modal yang dimiliki justru hilang tanpa hasil.
Gaya hidup konsumtif menjadi salah satu penyebab utama sulit menabung.
Membeli barang mewah hanya untuk terlihat berhasil justru mengurangi kesempatan berinvestasi yang bisa memberi hasil jangka panjang.
Baca juga: 3 Pendapat Warren Buffett soal Emas, Cocok untuk Investasi?
Banyak orang tergoda produk keuangan dengan janji keuntungan tinggi meski tak benar-benar memahaminya.
Akibatnya, biaya yang tersembunyi justru lebih besar daripada manfaat yang diperoleh.