JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memberikan penjelasan soal stok beras premium di toko ritel modern yang saat ini kosong.
Menurut Amran, kekosongan stok beras premium itu bukan menandakan beras langka. Namun, saat ini terjadi pergeseran pola distribusi beras dari pabrik ke pasar tradisional.
"Yang dikatakan langka (kalau) ada orang ngantre beli beras. Ini ada pergeseran pola pendistribusi beras dari sebelumnya dan sekarang. Ini ada pola pergeseran, ini mengisi ruang pasar tradisional dari pabrik kecil ke pasar tradisional," ujar Amran di Kantor Bulog, Jakarta, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: BPS Perkirakan Produksi Beras Nasional Agustus-Oktober 2025 Bakal Capai 9,11 Juta Ton
"Yang dulu didominasi biasanya banyak itu dari pabrik besar ke modern ini ada pergeseran sedikit ke pasar tradisional," lanjutnya.
Amran bilang, pergeseran itu membuat omzet penjualan beras di pasar tradisional meningkat.
Dengan demikian, ia membantah ada kelangkaan beras yang terjadi.
"Jadi bukan langka ya, beras banyak. Yang dikatakan langka kalau produksi turun nah itu langka. Kalau ini ada pergeseran salah satu parameter yang kita gunakan adalah inflasi kemudian produksi dan ini semua alhamdulillah baik," paparnya.
Baca juga: Data BPS, Rata-rata Harga Beras Naik pada Agustus 2025, Ini Rinciannya
"Mungkin yang Anda maksud ada premium yang karena ada masalah kemarin (beras oplosan) dan sekarang mulai membaik ada yang kosong satu dua (ritel) itu tidak masalah bagi Republik ini karena terjadi pergeseran," lanjutnya.
Amran pun menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada Oktober 2025 bisa mencapai 31,04 juta ton. Hingga Desember 2025 nanti, produksi beras diperkirakan mencapai 34 juta ton.
Sementara pada 2024 lalu, angka produksi beras 30 juta ton berhasil dicapai pada bulan Desember.
Diberitakan sebelumnya, harga beras premium di ritel modern melonjak tajam hingga tembus Rp 140.790 per kemasan 5 kilogram.