JAKARTA, KOMPAS.com - Perairan Cilincing, Jakarta Utara, kini kian sulit dikenali sebagai kawasan nelayan.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Jumat (13/9/2025) sore, hamparan laut yang dahulu ramai dengan perahu kayu nelayan kini lebih banyak dipenuhi kapal besar dan aktivitas pembangunan proyek ambisius, Pelabuhan Marunda.
Di balik pagar beton yang menjulang, bagian dari konstruksi sheet pile, terlihat geliat proyek yang dikerjakan PT Karya Citra Nusantara (KCN).
Mesin-mesin berat dan kapal-kapal besar lalu-lalang, sementara perahu nelayan nyaris tak terlihat.
Baca juga: KKP Pastikan Tanggul Beton di Cilincing Berizin Resmi
Laut yang dahulu menjadi ruang hidup warga Cilincing seakan berubah wajah: dari arena mencari ikan menjadi etalase mega proyek pelabuhan.
Pagar beton yang terpasang merupakan fondasi pembangunan Pier 3 Pelabuhan Marunda.
Struktur itu dirancang kokoh dan kedap air, melengkapi ambisi proyek yang membentang sepanjang 5.350 meter.
Secara keseluruhan, pelabuhan ini berdiri di atas lahan 100 hektare, meliputi tiga dermaga besar, yakni Pier 1, Pier 2, dan Pier 3.
Pier 1 sendiri telah berdiri dengan panjang 1.950 meter di atas lahan pendukung 20 hektare. Kini, pengerjaan Pier 2 dan Pier 3 terus dikebut, melanjutkan pembangunan yang menelan lahan hingga puluhan hektare lainnya.
Namun, di tengah riuh pembangunan, wajah perairan Cilincing tampak muram.
Nelayan tradisional yang biasanya sibuk menebar jaring dan menata perahu, tak terlihat di sepanjang pantauan.
Perairan kini didominasi kapal besar, sementara nelayan seolah terlantar di kampung halaman mereka sendiri.
Perubahan lanskap laut Cilincing menggambarkan kontras yang nyata: di satu sisi berdiri proyek ambisius dengan infrastruktur megah, di sisi lain, ruang hidup nelayan kian menyempit.
Baca juga: Laut Cilincing Kini Sepi: Nelayan Terhalang Tembok Beton Raksasa, Ikan Menghilang
Direktur Utama Karya Citra Nusantara, Widodo Setiadi, memastikan bahwa pembangunan Pelabuhan Marunda sah secara hukum.
Menurutnya, pembangunan proyek telah dimulai sejak 2010 dan sejak awal pola pengerjaannya tidak pernah berubah.
Bahkan, ia menekankan tidak ada perbedaan signifikan dalam proses pembangunan dari waktu ke waktu.
“Kalau saya ditanya ini sah? Ya sah. Sebetulnya proses pembangunan ini kan sudah dimulai 2010 dan polanya sama. Tidak ada yang ribut pada waktu itu, baru sekarang,” ujar Widodo saat konferensi pers di kawasan Pelabuhan Marunda.