BENGKAYANG, KOMPAS.com - Upaya penertiban pertambangan emas tanpa izin (PETI) oleh Polres Bengkayang di Jalan Sekayok, Kecamatan Bengkayang, berujung ricuh pada Senin (25/8/2025) sore.
Ratusan warga yang marah melakukan perlawanan dengan menahan 12 anggota polisi setelah aparat menangkap dua orang yang diduga sebagai pemodal dan pekerja tambang.
Baca juga: Imbas Ricuh Demo, Kontainer Pos Transjakarta di Slipi Hancur dan Dipenuhi Sampah
Wakapolres Bengkayang, Kompol Anne Tria Sefyna mengatakan, razia itu merupakan bagian dari operasi PETI Kapuas 2025, program nasional pemberantasan tambang ilegal.
“Kami memastikan tidak ada korban jiwa. Untuk mencegah kericuhan lebih besar, kami langsung berkoordinasi dengan Forkopimda agar situasi cepat terkendali,” kata Anne, Selasa (26/8/2025).
Peristiwa tersebut terjadi Senin sekitar pukul 15.00 WIB.
Dalam operasi razia, polisi mengamankan MI (37), warga yang diduga sebagai pemodal sekaligus pemilik mesin, dan ALG (55), yang berperan sebagai pendulang.
Sejumlah barang bukti juga disita dari lokasi.
Penangkapan itu kemudian memicu kemarahan warga. Ratusan orang mendatangi kawasan tambang di Jalan Sekayok, Kelurahan Sebalo, Kecamatan Bengkayang, Bengkayang, dan menuntut dua pelaku segera dibebaskan.
Situasi memanas hingga 12 anggota Polres Bengkayang bersama kendaraan dinas sempat ditahan massa.
Untuk meredakan ketegangan, Forkopimda Bengkayang, dipimpin Bupati, Kapolres, dan Dandim 1209, turun tangan melakukan negosiasi.
Polisi akhirnya dilepaskan setelah menyetujui pembebasan dua terduga pelaku kepada warga.
Baca juga: KRL Tertahan di Stasiun Palmerah Imbas Demo 25 Agustus Ricuh
Anne memastikan, Polres Bengkayang menegaskan penindakan PETI akan tetap berjalan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Anne juga mengingatkan dampak buruk PETI bagi lingkungan. Aktivitas tambang ilegal, kata dia, rawan menimbulkan banjir, longsor, hingga pencemaran air.
“Kami mengimbau masyarakat bersama-sama menjaga ekosistem dan kelestarian alam,” tutup Anne.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini