JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon membuka diskusi publik untuk draf penulisan ulang Buku Sejarah Indonesia, Jumat (25/7/2025). Kegiatan berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI).
Menbud mengawali kata sambutannya dengan mengulangi kalimat amanah dari UU Pemajuan Kebudayaan No.5 tahun 2017 termasuk juga di atasnya konstitusi pasal 32 ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya."
Lalu, ia menyinggung soal permintaannya untuk menghidupkan kembali Direktorat Sejarah setelah terakhir ada di dalam nomenklatur pemerintah RI tahun 2020, karena menganggap sejarah itu penting.
Baca juga: Kisah Suwandi, Lulusan Terbaik IPDN Tanpa Skripsi, Dapat IPK 3,87
"Kalau kita kehilangan sejarah, kita bisa kehilangan identitas dan jati diri kita. Dan kita juga bisa melakukan kesalahan-kesalahan dari apa yang pernah dilakukan dulunya," ucap Fadli Zon, dikutip dari siaran langsung di YouTube Kementerian Kebudayaan.
Ia mengutip pepatah berubah Inggirs yang berbunyi "Those who do not learn from history are doomed to repeat it".
"Jadi kalau tidak belajar sejarah, kita bisa mengulangi lagi apa yang terjadi. Terutama hal-hal yang sifatnya sangat membahayakan bagi keutuhan bangsa kita," lanjutnya.
Menbud menyebut kita memang perlu menulis sejarah dalam perspektif Indonesia atau Indonesia sentris. Artinya dari sisi dari kacamata kita, bukan dari sisi kolonial.
"Forum ini adalah satu kick-off dari diskusi publik. Bahwa tidak ada yang kita tutup-tutupi di dalam sejarah kita. Sangat bisa untuk diperdebatkan, tetapi kita harus menulis sejarah," ucapnya.
Fadli ingat dengan perkataan Presiden pertama RI, Soekarno pada 17 Agustus 1966 yang mengatakan jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.
Baca juga: Berbagai Pihak Desak Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Dihentikan, Siapa Saja?
Ia berharap buku baru Sejarah Indonesia ini bisa menjadi satu bahan dan pengingat sejarah untuk gen Z, gen Alpha, dan seterusnya.
Diskusi Publik ini dihadiri tiga editor umum yakni Prof. Susanto Zuhdi, Prof. Singgih Tri Sulistiyono, dan Prof. Jajat Burhanudin.
Buku baru Sejarah Indonesia melibatkan 112 penulis dan berisi 10 jilid.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang