Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Perempuan Indonesia Buat Teknologi Atasi Pencemaran Air, Diakui Dunia

Kompas.com - 01/10/2025, 17:38 WIB
Melvina Tionardus,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti dan dosen prodi Teknik Kimia Universitas Pertamina, Dr. Nonni Soraya Sambudi masuk daftar Top 2 Percent Scientists Worldwide 2025 versi Stanford University, dengan menempati peringkat 181.869 dari 210.000 ilmuwan dunia.

Prestasi ini diraihnya berkat mencari solusi yang efektif, murah, dan ramah lingkungan terhadap permasalahan limbah pertanian.

Limbah industri dan pertanian yang kerap mengganggu kejernihan air kini semakin menjadi perhatian serius global dan Nonni berhasil menghadirkan solusi.

“Penelitian ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. Kami berusaha mengubah limbah yang awalnya tidak bernilai menjadi material yang bisa membantu memecahkan masalah pencemaran air bahkan 60 persen efektif menghilangkan logam berat serta 70 persen dalam kemampuan degradasi dari zat warna,” ujar Dr. Nonni, dikutip dari siaran pers, Rabu (1/10/2025).

Baca juga: Sosok Prof. Maila, Gubes UIN Jakarta 3 Tahun Beruntun Masuk Top 2% Ilmuwan Global

Data Bank Dunia pada 2020 menunjukkan sekitar 80 persen air limbah kedua sektor tersebut masih sering dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan memadai. Akibatnya, kandungan logam berat dan zat warna berbahaya menumpuk di sungai dan danau, merusak ekosistem, mengancam kesehatan manusia, dan mengganggu rantai makanan.

Kementerian Lingkungan Hidup (2025) melaporkan 70,70 persen kualitas air sungai di Indonesia masuk kategori tercemar sedang hingga berat, terutama oleh limbah domestik dan industri.

Dalam riset terbarunya, Dr. Nonni memanfaatkan sekam padi, limbah pertanian yang produksinya per tahun secara global mencapai 156 juta ton.

Ia mengubah sekam pagi menjadi carbon quantum dots (CQDs), partikel karbon berukuran nano yang bisa berpendar di bawah cahaya tertentu.

Selanjutnya material ini diuji untuk menguraikan zat warna berbahaya seperti methylene blue dan menyerap ion logam tembaga (Cu²⁺) dari air.

Baca juga: Mendikti Brian Masuk Worlds Top 2 Percent Scientist 2025, Empat Kali Berturut-turut

Dengan metode hidrotermal hemat energi, tim peneliti menemukan bahwa CQDs yang ditambahkan nitrogen (N) dan bismuth (Bi) bekerja lebih efektif, sehingga proses pemurnian air berlangsung lebih cepat dan efisien.

Jika diaplikasikan secara luas, cara ini diprediksi dapat membantu mengurangi pencemar air di Indonesia hingga 30 persen pada 2030.

Sejauh ini Dr. Nonni memiliki minat riset pada area CQDs untuk drug delivery, polimer komposit, adsorpsi, dan proses fotokatalitik.

Ia sudah mendapatkan berbagai hibah penelitian dari pemanfaatan CQDs untuk menghilangkan polutan organik secara fotokatalitik, mendeteksi dan menyerap logam berat dalam lingkungan perairan, serta memulihkan logam melalui teknologi membran.

Perhatian khusus diberikan pada modifikasi CQDs melalui doping dan fungsionalisasi untuk meningkatkan performa fotokatalitik.

Berdasarkan data Scopus 2025, Dr. Nonni telah menerbitkan 109 publikasi ilmiah yang dikutip sebanyak 2.889 kali oleh peneliti lain.

“Riset bukan sekadar angka publikasi, melainkan jalan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan menjawab permasalahan nyata yang kita hadapi. Saya juga selalu melibatkan mahasiswa dalam penelitian, karena saya ingin mereka belajar bahwa riset bisa menjadi sarana kontribusi untuk masyarakat,” tuturnya.

Rektor Universitas Pertamina, Prof. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU. memberikan apresiasi atas capaian ini.

“Prestasi Dr. Nonni menunjukkan bahwa riset dari kampus Indonesia dapat berkontribusi nyata bagi dunia. Temuan ini sejalan dengan misi UPER untuk menghadirkan solusi berbasis sains dan teknologi bagi tantangan keberlanjutan, sekaligus menginspirasi generasi muda dan perempuan untuk terus aktif melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Prof Wawan.

Sebagai salah satu peneliti perempuan Indonesia di bidang teknik kimia, Dr. Nonni diharapkan dapat membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk berkarya di dunia sains dan teknologi. Keberhasilan penelitian ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan peneliti muda untuk ikut serta dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau