KOMPAS.com - Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) melaksanakan Wisuda Program Sarjana Terapan di Auditorium BMKG, Jakarta, pada Rabu (29/10/2025) lalu.
Sebanyak 387 taruna dan taruni dari empat program studi yang menyelesaikan pendidikan mereka di sekolah kedinasan ini.
“Berdasarkan hasil ujian akhir yang telah diselenggarakan pada akhir perkuliahan Tahun Akademik 2023/2024 pada bulan Agustus 2024, telah dinyatakan lulus Program Sarjana Terapan sebanyak 73 orang tugas belajar BMKG. Sementara pada akhir perkuliahan Tahun Akademik 2024/2025 yang dilaksanakan pada Agustus 2025, sebanyak 314 orang dinyatakan lulus Program Sarjana Terapan,” ungkap Ketua STMKG Dr. Deni Septiandi, dikutip dari situs resmi BMKG, Senin (3/11/2025).
Sebanyak 73 lulusan tahun akademik 2023/2024 tersebut berasal dari Program Studi Meteorologi sebanyak 35 orang, Program Studi Geofisika sebanyak 7 orang, dan Program Studi Instrumentasi MKG sebanyak 31 orang.
Baca juga: Ingin Masuk Sekolah Kedinasan Kemenhub? Ikut 8 Ekskul Ini di Sekolah
Sementara lulusan tahun akademik 2024/2025 terdiri atas:
Dengan ini STMKG secara resmi menyerahkan para lulusan kepada BMKG sebagai sumber daya manusia profesional.
Mereka siap memperkuat layanan meteorologi, klimatologi, geofisika, dan instrumentasi MKG di berbagai satuan kerja di seluruh Indonesia.
Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati mengapresiasi seluruh civitas akademi STMKG, para dosen, orangtua, serta para wisudawan atas dedikasi dan perjuangan mereka selama menempuh pendidikan.
Baca juga: 10 Sekolah Kedinasan yang Cocok buat Perempuan, Kuliah Gratis dan Jadi CPNS
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG)Ia pun mengingatkan bahwa wisuda bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tanggung jawab dan pengabdian kepada bangsa serta kemanusiaan.
“Kelulusan itu bukan puncak keberhasilan. Tetapi menjadi seseorang itu baru akan dimulai. Saat Anda nanti menjadi forecaster, observer, atau analis, memberikan advokasi untuk keselamatan masyarakat, itulah awal dari pengabdian sejati. Selain untuk keselamatan masyarakat, juga untuk kesejahteraan umum,” tutur Dwikorita.
Dwikorita mengutip filosofi pendidikan UNESCO tentang empat makna penting dari proses pembelajaran, yaitu to know (mengetahui), to do (melakukan), to be (menjadi seseorang), dan to live together (hidup bersama).
“Camkan dan amalkan empat hal ini agar Indonesia benar-benar menjadi negara yang masyarakatnya terlindungi dengan teknologi cuaca, iklim, geofisika, kecerdasan buatan, dan informatika, serta mampu mendukung kesejahteraan umum dan menjaga ketertiban dunia,” ujarnya.
Baca juga: 7 Siswa MAN di Jateng Lolos Sekolah Kedinasan 2025, Ada STAN, STIS, IPDN
Dwikorita menyoroti tantangan global yang dihadapi para lulusan. Ia menyebut bahwa suhu bumi telah meningkat 1,55 derajat Celsius pada tahun 2024, enam tahun lebih cepat dari perkiraan Paris Agreement.
Kondisi ini bisa memicu krisis air, pangan, dan bencana iklim ekstrem di masa depan.
Baca juga: 7 Sekolah Kedinasan Cocok buat Perempuan, Syarat Masuk Lebih Mudah
“Tugas Anda adalah memastikan bumi ini tetap selamat. Dengan ilmu meteorologi, klimatologi, dan geofisika, Anda memegang peran penting dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan umat manusia,” pesannya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang