KOMPAS.com - Di balik semangat meningkatkan capaian belajar anak-anak Indonesia, masih ada pekerjaan besar yang belum selesai: memastikan setiap anak bisa membaca.
Di Kabupaten Buleleng, Bali, misalnya, tercatat 842 siswa SD kelas 4 hingga 6 belum lancar membaca meski sudah mendekati kelulusan.
Padahal, kemampuan membaca adalah jendela dari segala pengetahuan. Tanpanya, anak akan kesulitan mengikuti pelajaran, menafsirkan informasi, bahkan mengembangkan cara berpikir logis yang dibutuhkan untuk tumbuh dan belajar.
Membimbing anak agar bisa membaca bukan perkara mudah. Setiap anak memiliki ritme yang berbeda. Ada yang cepat mengenali huruf, ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk mengeja suku kata demi suku kata.
Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu
Di tengah tantangan itu, para pendidik di SDN 234 Maluku Tengah memilih untuk tidak menyerah.
Di sekolah yang dipimpin oleh Rugaya Ipaenin, para guru berjuang membimbing murid yang belum bisa membaca lewat program Bengkel Literasi, sebuah ruang belajar yang tumbuh bukan karena kewajiban, tapi karena kepedulian.
“Program ini tumbuh bukan karena kewajiban, tetapi karena kepedulian, bahwa setiap anak berhak merasakan kebahagiaan memahami dunia lewat kata-kata,” ujar Rugaya, yang juga menjadi penggagas program tersebut.
Baginya, mengajar membaca bukan sekadar tugas, melainkan bentuk kasih.
“Mengajarkan membaca memang tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi dengan ketekunan, anak-anak akhirnya bisa melihat dan memahami makna di balik setiap kata,” tambahnya.
Hasilnya pun nyata. Siswa kelas 3, Widjayanto Utomo, yang awalnya hanya bisa mengeja suku kata, kini telah mampu membaca lancar.
“Melalui bimbingan intensif dari guru dan dukungan orangtua di rumah, Widjayanto kini telah mencapai level membaca lancar dan resmi ‘lulus’ dari bengkel literasi,” imbuh Rugaya.
Hal serupa juga terjadi pada Azzahra, siswi kelas 2 yang dulu hanya mengenal huruf vokal.
Berkat pendampingan rutin, kini ia bisa membaca tiga kata dalam satu kalimat pendek. Sebuah kemajuan besar yang membuat orang tuanya berharap program ini terus berjalan.
Baca juga: Kisah Guru Rahmayani, Membuka Program Belajar Gratis Berantas Buta Al Quran
Keberhasilan Bengkel Literasi, kata Rugaya, tidak lepas dari kerja tim dan dukungan berbagai pihak.
“Saya berpikir ketika ditangani tim pasti hasilnya jauh lebih bagus. Biar anak-anaknya juga punya perasaan bahwa saya bukan cuma diperhatikan oleh wali kelas saya, tapi guru lain juga memperhatikan,” ucapnya.